Hei! Ungkapan rasa dan doa itu, tak menyelesaikan masalah banjir, Bro! Iya. Setidaknya kita bukan menambah atau malah menjadi bagian dari masalah itu, kan?
Menjadikan Media Sosial sebagai Lahan Aksi Sosial
Menurutku, ada pilihan-pilihan menarik bagi pemilik media sosial atau teman-teman penulis. Dibandingkan sibuk membangun narasi yang tanpa sadar, menjauhkan diri dari kesan positif.
Pertama, Mendaftarkan Diri Jadi Relawan.
Jika tinggal di sekitar daerah terdampak banjir. Tak ada salahnya melakukan pilihan ini, kan? Tentu saja sesuai kapasitas masing-masing. Bergabung menjadi relawan, melakukan aksi bersama untuk sesama, itu hal yang luarbiasa. Jika mampu, kenapa tidak?
Kedua. Memberi Informasi Akurat Pihak yang Terdampak.
Menjadi relawan terkendala waktu? Ada perbedaan antara meluangkan waktu dan menunggu waktu luang, tah? Tapi ada hal lain yang bisa dilakukan, bahkan terkadang memudahkan proses penanggulangan pihak terdampak.
Semisal membantu mencari dan membagikan informasi akurat, tentang kondisi daerah terdampak, jumlah penyintas (prioritas para lansia, anak dan balita atau ibu hamil), kebutuhan pokok yang diperlukan, atau tindakan apa saja yang mesti dilakukan oleh pengemban tugas atau relawan..
Ketiga, Memberikan Info Lembaga Sosial  atau Lakukan Aksi Mandiri
Jika mampu menyumbang secara pribadi itu lebih baik. Namun jika tidak, bisa saja membagikan profil lembaga sosial yang terlibat langsung dalam penanggulangan bencana, kan? Bisa saja nomor rekening agar orang lain ikut menyumbang, atau mengajak teman, jiran tetangga juga teman-teman di media sosial untuk menghimpun ragam logistik, kemudian diantarkan ke posko terdekat.