Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terkurung Bayangan Masa Lalu di Tahun Baru? Ini Makna Blencong pada Pertunjukan Wayang dan Filosofis Bayangan

1 Januari 2020   14:26 Diperbarui: 1 Januari 2020   14:45 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : medium.com/

Kucari pada laman kbbi.web id. Kata bayang adalah ruang tidak terkena sinar karena terlindung benda lain. Itu sejalan dengan konsep fisika, bahwa bayangan tak akan pernah hadir tanpa cahaya. Kok bisa begitu? Karena alur cahaya itu lurus! Jika ada yang menghalangi maka akan timbul bayangan.

Semua yang bersifat benda atau berwujud kebendaan, termasuk di dalamnya manusia, bisa menghasilkan bayangan. Syaratnya, tentu saja harus ada cahaya atau sumber cahaya.

Bisakan sama persis antara bayangan dan benda? Itu tergantung kekuatan cahaya, juga jarak antara sumber cahaya dengan benda yang menghalanginya. Semakin kuat cahaya, atau semakin dekat antara benda penghalang dengan sumber cahaya, akan semakin jelas bayangan yang dihasilkan.

Contoh paling mudah, seperti pada proyektor atau infocus yang jamak dipakai untuk presentasi dan nonton layar tancap! Atau sajian pertunjukan wayang.

sumber foto : medium.com/
sumber foto : medium.com/
Blencong atau Belincong pada Pertunjukan Wayang dan Filosofis Bayangan

Pada masa lampau, pertunjukan wayang yang dilakukan pada malam hari, hanya diterangi dengan Blencong atau Belincong. Dalam istilah pedalangan, Blencong adalah alat penerangan yang menggunakan bahan bakar minyak kelapa yang menghadap ke arah kelir (layar).

Kukutip dari id.wikipedia.org. Lampu Blencong ada yang berbentuk seperti burung Jatayu, ada juga berbentuk seperti celengan dengan sayap di kiri dan kanannya. Yang terbuat dari kayu berukir ataupun perunggu.

Fungsi blencong? Tentu saja untuk menghidupkan bayangan wayang di kelir/layar. Butuh gerakan dan kecepatan serta keterampilan dalang dalam memainkan tokoh wayang, hingga tersaji bayangan wayang yang terlihat "hidup". Terpaan angin pada percikan api di sumbu blencong, akan menambah efek tersendiri bahkan terasa mistis apalagi ditingkahi bunyi-bunyian.

Itu dulu! Sekarang, Blencong sudah mulai tergantikan dengan lampu bertenaga listrik. Bahkan beberapa seni pertunjukan wayang, di dukung dengan tata lampu. Yang disesuaikan dengan suasana tertentu dalam suatu adegan. Mau tak mau, teknologi mesti diberi ruang, tah?

Pada beberapa literatur seni pedalangan. Blencong tak hanya berfungsi sebagai alat penerangan. Namun sebagai lambang cahaya abadi. Dalam hal ini bermakna Tuhan yang Maha Esa.

Coba saja, semisal lampu Blencong itu padam atau tidak ada, maka seluruh ruang pertunjukan menjadi gelap gulita. Tak akan ada aktivitas kehidupan. Ini esensi dasar dari eksistensi Blencong. Menjamin keberlangsungan kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun