"Ya udah! Nik pulang!"
"Mas cuma ketularan rindu Amak!"
"Amak bilang apa?""
"Kenapa menantu belum datang!"
"Bohong! Gak mungkin Amak bilang pakai kata menantu begitu!"
"Iya! Mas tambahin. Biar syahdu!"
"Haha..."
Tawa renyahmu pagi itu secerah mentari. Kau terbiasa mendengar kata-kataku, tapi kau tak pernah siap bersikap. Terkadang tangisan diiringi airmata. Bisa juga tersipu atau malu, diakhiri dengan pukulan dan cubitan.
"Tadi, Nik beres-beres rumah dulu, Mas!"
"Mas bilang. Nik juga sibuk buat soal!"
"Sok tahu!"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!