"Mungkin juga lagi sibuk bikin soal, Mak! Kan, dua sekolah?"
"Oh! Ujiannya serentak?"
"Bisa jadi!"
Seperti Nunik, aku mengajar pada tiga sekolah. Dengan mata pelajaran dan tingkatan berbeda. Kesesuaian kurikulum, ketuntasan materi ajar juga kemampuan siswa. Menjadi rambu bagiku saat membuat soal.
Walaupun bukan duniaku saat kuliah. Dinamika dunia pendidikan menimbulkan gairah baru. Itu kutemukan, saat berinteraksi dengan siswa yang berbeda latar belakang.
Amak pun sudah sejak tadi pergi. Aku sendiri di beranda. Fokus membaca materi dan menulis soal serta kunci jawaban. Tak terpengaruh bising suara kendaraan, yang melewati jalan depan rumah.
Tapi, tidak dari aroma khas hasil indera penciumanku. Aku segera menoleh ke pintu beranda. Kau tersenyum. Lebih tepatnya menahan tawa. Saat aku tahu hadirmu.
Kau bergerak pelan. Sesuai kebiasaan, kau ajak bertukar salam. Ajukan tangan kananku ke dahimu. Tangan kiriku usap pelan kepalamu. Segera kau rapikan buku paket yang berserakan di sekitarku. Agar kau bisa duduk.
"Udah lama?"
"Lima belas menit!"
"Bohong, kan?"