Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

NIK | "Meeting You Was Fate" [12]

15 Oktober 2019   11:45 Diperbarui: 15 Oktober 2019   11:51 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Bersisa sepuluh menit. Agar jarum pendek bergerak ke angka dua belas. Malam itu tak banyak ide. Kumanjakan pendengar dengan lagu. Sesekali Endi memandangku. Tapi tak bertanya. Kembali memasukkan kaset ke dalam kotak. Kubuka headset. Hidupkan sebatang rokok.

"Closing lagu apa, Bang?"

"Nah! Belum terfikir!"

"Jika Kau Mengerti-nya Powerslave?"

"Penyanyi cewek, bisa? Ini udah putar Ungu!"

"Inka Cristie?"

"Teratai lagi?"

"Rela? Udah lama gak diputar, kan?"

"Itu masuk sesi tembang lawas! Ya, udah! Perempuanku-Baby Romeo aja?"

Anggukkan kepala. Mata Endi mulai memilah, di deretan kaset yang tertempel di ruang siar. Aku kembali memasang headset. Sekilas melirik jam dinding. Mataku menghadap mixer. Tangan kiriku turunkan suara musik. Tangan kanan naikkan line vocal. Segera menutup sesi siarku. Endi serahkan kaset terakhir.

"Para muda warga kota! Kita sampai di penghujung acara. Dua jam aku juga Bang Endi menemani ruang dengar Anda! Banyak maaf, jika ada kekeliruan dan terima kasih atas atensinya. Jangan ganti chanel! Sesudah ini, Akan ditemani Bang Iir. Selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga kita selalu sehat! Tembang terakhir malam hari ini! Special for you! Baby Romeo! Perempuanku! I miss you! Misiii... aaah!"

Perlahan, kunaikkan line music. Sambil turunkan line vocal. Kuletakkan headset di gantungan microphone. Segera keluar dari ruang siar. Duduk di bangku depan studio. Iir menyambutku di pintu studio.

"Closing?"

"Udah!"

"Lah? Masih lima menit lagi, kan?"

"Haha..."

"Abang pulang?"

"Gak! Pas sahur aja!"

Iir segera masuk ke ruang siar. Endi menyusul, dan duduk di sebelahku. Di bangku panjang depan studio. Kunikmati asap rokok. Endi juga nyalakan sebatang rokok.

"Gak pulang, kan?"

"Gak!"

"Ngopi lagi, yuk?"

"Boleh!"

Endi masuk ke studio. Aku sendiri. Tak kunikmati siaranku tadi. Kutengadahkan kepala ke langit. Memaknai cahaya bintang. Tak juga hilang. Ingatanku masih bersisa pada tangismu siang tadi. Juga pesan Amak.

Aku mengerti. Masalahmu bukan tentang keberanian. Tapi nyaliku. Harus ambil keputusan. Benakku lakukan daur lalu waktu. Mengingat kembali awal bersama. Mengenang ulang momen berdua.

Sebagai laki-laki. Keputusan bukan harga diri, tapi harga mati. Kusigi berbagai kemungkinan. Ruang dan peluang. Agar keputusan bukan kesimpulan bunuh diri. Bagiku, menikahimu adalah pilihan. Bukan takdir. Jalani sisa usia bersamamu, adalah titian takdirku.

"Hei! Melamun?"

"Hah?"

"Ngopi, Bang!"

"Cuma satu?"

"Gula banyak, tapi kopi habis!"

"Oh!"

Aku tak tahu. Sejak kapan Endi duduk disebelahku. Kuraih gelas berkopi. Kureguk sedikit. Kembali nikmati asap rokokku.

"Abang kenapa?"

"Eh?"

"Tadi siaran tak seperti biasa!"

"Haha..."

"Mikirkan Uni?"

"Haha..."

"Lagu terakhir tadi untuk Uni, kan?"

"Bukan!"

"Jadi?"

"Untuk calon istri!"

"Uni Nunik, kan?"

"Perempuanku!"

zaldychan

get married | those three words | just the way I am | meeting you was fate

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun