Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

NIK | "Meeting You Was Fate" [11]

14 Oktober 2019   08:15 Diperbarui: 14 Oktober 2019   08:45 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by pixabay.com

Hampir pukul lima sore. Aku di dapur temani amak. Bulan ramadhan selalu membawa perubahan. Pola makan, waktu tidur juga kegiatan Amak. Biasanya sejak pagi sudah berjibaku di dapur. Saat ramadhan berganti sore. Memasak untuk berbuka puasa, sekalian untuk sahur.

"Tadi, Nunik pulang jam berapa?"
"Jam tiga! Amak tidur. Saat Nunik mau pamit!"
"Kenapa tak diantar?"

Amak menatapku. Tapi tahu, pertanyaan itu tak perlu jawaban. Kuraih pisau. Mulai mengupas kulit kentang. Amak nyalakan kompor. Sepertinya akan menggoreng kerupuk.

"Nangis lagi?"
"Hah?"
"Nunik?"

"Iya!"
"Akhir-akhir ini. Setiap datang. Pasti menangis!"

Aku terkejut. Amak tak lagi menatapku. Tangan amak meraih sejumput kerupuk mentah. Dimasukkan ke kuali berisi minyak goreng panas. Aku diam. Tak biasanya, kau jadi topik pembicaraan aku dan Amak.

"Jaga perasaan Nunik! Amak tahu, jika seperti..."
"Gak usah dipikir, Mak!"
"Amak juga punya anak gadis!"
"Iya! Tapi urusan Nunik, biar..."
"Hei! Dipotong dua saja! Kalau empat terlalu kecil!"

Aku tertawa. Khas Amak. Seserius apapun pembicaraan. Konsentrasi bekerja tak hilang. Apalagi urusan dapur. Tanganku ikuti perintah Amak. Mengupas dan memotong kentang menjadi dua bagian.

"Dengarkan! Amak tak pernah ajarimu sakiti perempuan!"
"Iya!"
"Nunik..."
"Bakal jadi menantu tercantik?"
"Eh? Iyalah! Empat menantu Amak. lelaki semua, kan?"

Kuledakkan tawa. Amak juga. Aku berdiri, meraih handuk. Segera ke kamar mandi. Itu caraku. Agar amak berhenti bicara tentangmu. Bukan aku tak suka. Aku khawatir. Akan menambah beban fikiran. Jika amak tahu situasi yang kuhadapi.

Usai taraweh. Aku, Iir juga Endi dan beberapa orang lainnya. Duduk di depan studio. Suasana malam itu cerah. Masih banyak jemaah yang tak langsung pulang. Bercengkrama nikmati malam. Endi sodorkan segelas kopi susu padaku. Masih hangat.

"Tumben, kopasus?"
"Sisa berbuka!"
"Masih panas?"
"Di masak ulang!"
"Haha..."

Selama ramadhan. Studio tak hanya siarkan langsung proses taraweh di Masjid Al Jihad. Tapi juga memutar lagu Nasyid dan lagu-lagu Nuansa Islami. Hingga pukul sepuluh. Kemudian beralih ke lagu Pop Indonesia.

Masih setengah jam lagi. Pukul sepuluh. Aku butuh sebatang rokok. Tak bicara, kurebut rokok ditangan iir yang duduk di sebelahku. Iir terkejut. Kemudian tersenyum. Saat kunyalakan rokokku dari api di ujung rokoknya.

"Besok, Abang ngajar?"
"Pagi. Ada dua kelas!"
"Tukar jadual?"
"Iya! Aku naik jam sepuluh, ya?"
"Okay! Ada Sepuluh request! Sudah kutulis. Di meja siar!"
"Sepuluh? Habiskan satu jam siaran!"
"Haha..."
"Malam ini. aku tak terima request lagi! Mau pilih lagu sendiri!"
"Lah? Kalau ada yang nelpon?"
"Diputar jam dua belas aja!"

Aku tertawa, tinggalkan Iir. Segera masuk ke studio, menuju ruang siar. Endi sudah sejak tadi di ruang siar. Mencari kaset dan menyiapkan lagu. Juga mengangkat telpon.

Aku duduk di depan mixer. Meraih dan membaca tulisan Iir. Deretan pesanan lagu dari pendengar. Hampir semua lagu baru.

"Ndi! Pesanan nomor tiga dan nomer tujuh, diganti apa?"
"Kenapa? Itu lagu grup band baru, Bang!"
"Kan, kasetnya belum ada?"
"Sudah dibeli Iir! Ada dua kaset baru!"
"Eh, Dapat duit dari mana?"
"Mungkin sisa cetak kartu atensi?"
"Haha..."

zaldychan

get married | those three words | just the way i am | meeting you was fate

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun