"Tumben, kopasus?"
"Sisa berbuka!"
"Masih panas?"
"Di masak ulang!"
"Haha..."
Selama ramadhan. Studio tak hanya siarkan langsung proses taraweh di Masjid Al Jihad. Tapi juga memutar lagu Nasyid dan lagu-lagu Nuansa Islami. Hingga pukul sepuluh. Kemudian beralih ke lagu Pop Indonesia.
Masih setengah jam lagi. Pukul sepuluh. Aku butuh sebatang rokok. Tak bicara, kurebut rokok ditangan iir yang duduk di sebelahku. Iir terkejut. Kemudian tersenyum. Saat kunyalakan rokokku dari api di ujung rokoknya.
"Besok, Abang ngajar?"
"Pagi. Ada dua kelas!"
"Tukar jadual?"
"Iya! Aku naik jam sepuluh, ya?"
"Okay! Ada Sepuluh request! Sudah kutulis. Di meja siar!"
"Sepuluh? Habiskan satu jam siaran!"
"Haha..."
"Malam ini. aku tak terima request lagi! Mau pilih lagu sendiri!"
"Lah? Kalau ada yang nelpon?"
"Diputar jam dua belas aja!"
Aku tertawa, tinggalkan Iir. Segera masuk ke studio, menuju ruang siar. Endi sudah sejak tadi di ruang siar. Mencari kaset dan menyiapkan lagu. Juga mengangkat telpon.
Aku duduk di depan mixer. Meraih dan membaca tulisan Iir. Deretan pesanan lagu dari pendengar. Hampir semua lagu baru.
"Ndi! Pesanan nomor tiga dan nomer tujuh, diganti apa?"
"Kenapa? Itu lagu grup band baru, Bang!"
"Kan, kasetnya belum ada?"
"Sudah dibeli Iir! Ada dua kaset baru!"
"Eh, Dapat duit dari mana?"
"Mungkin sisa cetak kartu atensi?"
"Haha..."
get married | those three words | just the way i am | meeting you was fate
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H