"Mas sepakati. Karena mas memilih Nunik! Dan, Nunik abaikan larangan. Karena..."
"Nik gak mau kehilangan Mas lagi!"
"Tadi, kenapa ditanya?"
Aku tersenyum menatapmu. Kuacak kepalamu. Wajahmu memerah. Kuduga kau jengah dengan ucapanmu. Tak banyak kudengar ujaran langsung dari mulutmu. Tentang rasamu juga asamu padaku.
Aku tertawa. Saat dua tanganmu tutupi wajahmu. Tak lama, dua tangamu sudah membentuk duet maut. Bersekutu padu menghajar pinggangku. Perih dan bersisa hangat. Tawaku terhenti.
"Cubitan barusan, hasil kursus dimana?"
"Lagi?"
"Gaaak! Pasti Nunik lulusan ter...!"
"Iiih...:"
Kalimatku tak selesai. Duet jarimu, bak serdadu serbu. Tapi tak sedahsyat tadi. Aku sedikit ragu. Lebih mirip gelitik dari pada cubit. Kau tertawa. Segera melirik jam. Dan berdiri dari dudukmu.
"Nik pulang, Mas!"