Kau diam. Aku menatapmu. Meraba arah bicaramu. Sorot matamu tak berjawab. Kutitip asa di matamu, biar bersemayam ke hatimu. Bilik kecil yang kukuh dan teguh. Bersedia lalui aral dan lucuti onak. Itu, sudah kau lalui bersamaku.
"Kenapa tanya itu?"
"Entahlah!"
"Nik?"
"Nunik merasa bersalah! Nik tahu kalau..."
"Iya. Mas menyesal!"
"Hah?"
"Kenapa dulu sepakat dengan syarat itu!"
"Karena Nunik dilarang untuk..."
"Jika tetap ingin bersama, kan?"
"Iya!"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!