Terbata. Kalimatmu mengejutkanku. Kau tatap mataku. Kulihat beningmu genangi kelopak matamu.
"Sudah abaikan larangan mereka! Karena Nunik tak boleh..."
"Nik..."
"Nik percaya! Mas tak akan..."
Tak selesai. Kalimatmu terhenti. Kau butuh udara segar. Sesakmu menyeruak. Tak kau hapus airmatamu.
"Nik belum siap, Mas! Jika Ayah..."
"Mas tahu!"
"Nik tak mau lagi seperti dulu."
Siang itu terasa panjang. Jam di dinding ruang tamu, baru beranjak ke angka dua. Satu jam. Kau dan aku, berujar tentang rasa dan asa. Kau dan aku pun tahu. Tak usai dan takkan terusik masa.
Perlahan. Kuusap pelan kepalamu. Kau menatapku. Terburu kau hapus beningmu. Aku tersenyum.
"Mas takkan tinggalkan Nunik!"