"Untuk apa?"
"Mas..."
"Tak ubah apapun, kan?"
Mulutku bertutur pelan. Kucoba redam risauku. Kau sangat tahu. Jika nada suaraku begitu. Kau sandarkan tubuhmu ke bahu kursi. Tundukkan kepala. Jemarimu kembali memainkan ujung jilbabmu.
"Sampai saat ini. Mas berusaha mengerti. Karena..."
"Nik tak bermaksud..."
"Mas, sudah memilih Nunik, kan?"
"Nik..."
"Tapi Mas merasa seperti pencuri!"
Kau ulangi tangismu. Kurenungi resahku. Bertahun renangi arus waktu. Kukira cukup bagimu, tahu siapa dan bagaimana aku. Pun tak kuusik syaratmu.
"Nik juga merasa bersalah ke Ayah dan Mamak!"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!