"Mamaaas! Bangun..."
Awalnya, sayup kudengar. Hingga kubuka mata. Kau sudah duduk di sampingku. Tawamu jadi asupan energi. Kebiasaanku, tidur di depan televisi. Kulirik jam, sudah pukul setengah satu siang. Televisi sudah mati. Aku tersenyum menatapmu. Tak lagi bicara, kuacak kepalamu. Segera turun ke bawah, membasuh muka. Kenakan baju. Kembali ke lantai dua.
"Udah lama?"
"Dari setengah dua belas!"
"Hah? Kenapa gak..."
"Bilang Amak. Mamas malam tadi begadang?"
"Cuma sampai sahur!"
plak! plak! plak!
Aku tertawa. Terkadang, kuanggap pukulan itu wujud rindumu. Tinggal kutunggu cubitmu. Biar paket lengkap. Siang itu, hari kelima ramadhan. Sejak awal ramadhan. Jadual siarku bergeser. Berubah dari jam satu sampai jam tiga dinihari. Dan tertolong, hari itu jadualku di sekolah kosong.
"Tiap puasa. Mamas tidur terus!"
"Biar berpahala!"