"Hah! Kapan sampai? Sendiri?"
"Kemarin! Iya, sendiri."
"Nik udah ketemu?"
"Tadi malam Nik nginap. Pagi balik lagi ke Perumnas. Nik lupa bawa! Baju ngajar di rumah Uda!"
Kuusap kepalamu. Aku tahu juga mengerti kondisimu. Sejak di Curup. Kadang kau tinggal di rumah Uda di perumnas. Bisa juga tempat Teteh di Tunas Harapan. Perlahan, kau tundukkan wajahmu. Aku tahu tanda itu. Tak kubiarkan.
"Ayah sehat?"
"Iya!"
"Kakak?"
Tak ada suaramu. Hanya anggukan kecil, pengganti jawabmu. Aku gagal! Bulir bening itu luruh dalam diammu. Kukira, sejak tadi tertahan. Kau raih tanganku. Hempaskan resahmu di punggung tanganku. Pilihanku cuma satu. Diam, dan ikuti alur rasamu.
Siang itu. Jarum pendek beranjak ke angka dua. Butuh waktu benahi rasamu. Segera bangkit dari dudukmu. Kau melangkah ke dapur. Tak lama. Kau kembali ke ruang tamu. Duduk di sampingku.
Aku tersenyum mengerti. Waktumu segera pulang. Tapi belum ada tanda. Kau ingin beranjak pergi.