Aku terdiam. Nyaris sembilan tahun kutunggu nyalimu. Agar aku bisa mengenal keluargamu. Tak lagi sekedar cerita atau foto milikmu. Acapkali tanyaku. Picu tangismu.Tapi sejak lama, kuputuskan tak lagi kutanyakan. Jika itu syaratmu, ketika memulai hubungan.
Siang itu. Kau ujarkan padaku, jika Mamak sudah tahu. Tentang kau dan aku.
"Udah empat bulan, kan?"
"Iya!"
"Karena cincin itu?"
"Iya! Mamak lihat jari Nunik!"
Kau menahan tawamu. Tak ada resahmu, akibat pesanku. Jika kau lepas, bermakna selesai. Akupun mengerti. Tak bisa jarimu sembunyi dari Mamak.
"Terus?"
"Apa?"
"Tanggapan Mamak?"
Kau ambil gelas berkopi. Aku menatapmu menunggu. Kau ajukan gelas padaku. Seraya tersenyum. Kureguk isi gelas. Aku tahu. Kau tak mau jawab tanyaku. Kunyalakan lagi sebatang rokok.
"Mamak sekarang di rumah Teteh, Mas!"