Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Meeting You Was Fate" [1]

30 September 2019   14:04 Diperbarui: 30 September 2019   14:13 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku baru sampai rumah. Berselisih di pintu dengan Amak. Kukira baru pulang dari sholat zuhur di masjid Al Jihad.

"Baru pulang?"

"Iya!"

"Ada Nunik!"

"Hah?"

"Dari jam sebelas tadi!""

"Oh!"

"Amak tinggal. Pas pergi ke Masjid!"

Kuucap salam, segera buka sepatu. Amak masuk ke rumah, dan naik ke lantai dua. Saat masuki ruang tamu, terdengar suara kaki dari anak tangga. Sosokmu turuni tangga. Aku tertawa. Kau tersenyum. Berjalan ke arahku. Bertukar salam, kuusap kepalamu.

Kembali anak tangga berbunyi. Wajah Rina, adikku muncul. Tidak turun, tapi berdiri di tangga.

"Uni tak mau makan, Da!"

"Lah? Kenapa?"

"Sudah dua kali diajak!"

"Tawari lagi! Biar pas tiga kali!"

"Tugas Uda!"

"Haha..."

Rina naik lagi ke lantai dua. Kukira menonton tv. Kau masih berdiri. Aku menatapmu. Kau tundukkan wajahmu.

Selesai wisuda, kau menetap di Curup. Sudah tiga tahun jadi guru honorer pada dua sekolah. Di MTs Bamoi, sekolahmu juga sekolahku dulu serta SMKS 3 di Dwi Tunggal. Dari pakaianmu, kukira kau langsung dari sekolah ke rumah.

"Cepat pulang?"

"Rapat! Sampai jam sepuluh! Nik langsung ke sini."

"Rindu, ya?"

"Iiih..."

Cubitmu telak mendarat di pinggang. Kuacak kepalamu. Kau segera ke dapur. Aku masuk ke kamar berganti baju. Saat keluar kamar. Kau sudah duduk di kursi tamu. Terhidang segelas kopi di atas meja. Aku tersenyum. Duduk di sebelahmu.

"Kopi Mas, kan?"

"Bukan!"

"Oh! Tunggu sebentar!"

Tak bicara. Aku segera berdiri. Langkahku tertahan. Tanganmu sudah memegang lenganku.

"Mas mau kemana? Ngopi, kan?"

"Iya!"

"Itu! Udah Nik buat!"

"Mas tahu!"

"Terus?"

"Biar tangan Mas dipegang!"

Plak!Pluk! Plak! Pluk!

Aku tertawa. Kembali duduk di sisimu. Alurmu begitu. Ulah isengku, kerap berbonus cubit dan pukulanmu. Jika bicara asa dan rasa, kau ajukan beningmu untukku. Dan siang itu, aku belum tahu.

Kau raih dan serahkan gelas berkopi. Masih terlalu panas. Kureguk sedikit, kembali letakkan gelas di meja. Nyalakan sebatang rokok. Kau diam menatapku.

Di luar rumah. Pikuk kendaraan lalu lalang. Tapi ruang tamu terasa sunyi. Kau masih diam. Bermain dengan jemarimu. Sesekali menatapku.

Kumatikan rokok. Bersisa setengah batang. Kuraih tanganmu, kuajak berdiri. Kau terkejut. Terpaksa ikuti tarikan tanganku.

"Makan, yuk?"

zaldychan

get married | those three words | just the way I am | meeting you was fate

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun