"Ikutan lagu yang sudah di pesan aja!"
Kupasang headset. Putar jingle radio untuk transisi pergantian awak siar. Kunaikkan line vocal di mixer. Lakukan opening. Seperti biasa, sapa pendengar. Perkenalkan diri. Ujarkan hari dan waktu. Segera naikan line music. Lagu "jika itu yang terbaik" dari Band Ungu. Jadi pilihan openingku malam itu.
Endi menyusun kaset yang siap diputar. Di atas meja. Kertas bertuliskan daftar nama serta alamat dari penelpon sudah di hadapku. Dering telpon terdengar lagi. Aku menatap Endi.
"Gak diangkat?"
"Udah lima belas, Bang!"
"Haha..."
"Jadi?"
"Angkat aja! Suruh kirim salam buat siapa? Lagunya ikutan!"
Endi tertawa. Anggukkan kepala. Cuaca malam itu cerah. Hari pertama kerja usai libur. Bisa saja banyak cerita. Dan malam itu. Diwakilkan rasa dengan lagu. Aku lanjut siaran. Putarkan lagu sesuai permintaan. Endi sibuk mencatat. Dan layani protes dari pendengar, karena permintaan lagu ditolak atau sudah diputar.
Ada aturan tak tertulis antar awak siar. Tak boleh memutar lagu yang sama. Tapi boleh dari album yang sama. Setiap penyiar, akan miliki lagu unggulan. Bisa sama atau berbeda. Tergantung selera awak siar. Bisa juga berdasarkan banyaknya animo pendengar.
Kurang sepuluh menit pukul duabelas malam. Kaset terakhir masih diputar. Aku berdiri keluar ruang siar. Tak ada orang. Kembali ke dalam.