"Jangan!"
"Apa?"
"Krisdayanti?"
"Ok! Menghitung hari, kan?"
"Yang satu lagi!
"Mencintaimu?"
Aku tersenyum. Ajukan dua jempol. Endi mengerti. Aku menatap mixer di hadapku. Kecilkan nada lagu. Segera diganti backsound Kitaro. Naikkan line vokal. Sambil memegang kertas atensi. Kubaca puisi terakhir.
"Well, para muda warga kota! Puisi terakhir malam ini. Usai sudah! Dua jam temani ruang dengarmu. Terimakasih kiriman puisi dan atensinya. Ditunggu lagi, ya? See you next week! Happy weekend! Tembang terakhir penutup sua kita di udara malam ini. dari Krisdayanti. Spesial untukmu! I miss you! Bye...bye! Misi, ah..."
Kuturunkan line vokal. Naikkan line musik. Perlahan. Terdengar. Suara khas Krisdayanti. Penuhi udara malam kota Curup. Kunikmati asap rokokku. Dalam diam. Aku mengingatmu.
Iir sibuk menyusun lembar atensi. Endi bereskan kaset. Memasukkan kembali ke dalam kotak. Kubuka headset. Segera ikut serta beberes. Ruang siar kembali rapi. Endi tersenyum menatapku.
"Lagu untuk Uni, Bang?"