Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Those Three Words" [14]

5 September 2019   08:15 Diperbarui: 5 September 2019   08:17 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertahun lalui masa berdua. Tak terbiasa, kau ungkap rasa. Jikapun ada. Itu kubaca dari goresanmu. Menggali romansa. Menyigi kepingan asa.

Perlahan disusun bak perahu. Agar kukuh dan tak rapuh. Diterjang riuh beliung. Dihujam tajam karang. Atau terlena belaian angin sepoi. Menunggu perahu berlabuh.

Aku belum tahu. Sebab sikapmu malam itu. Kau menatapku. Heningmu tak bergeming. Kukira benakmu. Berkecamuk amuk.

"Mas..."

"Hah?"

"Ayah dan Mamak..."


 Tak lagi bersuara. Kembali kau ciptakan hening. Kutunggu lanjut ujarmu. Tapi sia-sia. Kau isi sunyi dengan cara yang kau fahami. Tak lagi mampu sembunyi. Di bias cahaya lampu beranda.

Diam dan airmata. Dua kata selaksa makna. Adalah serangan sekaligus cara bertahan milikmu. Tak kuhitung berkali waktu. Tak mampu kuusik. Dua kata itu, bersatu pada raga dan rasamu. Akan hadir. Jika anganmu sibuk urai inginmu.


 Sejak sabtu. Tak ada tangismu. Hingga kau paksa aku. Malam itu. kusaksikan beningmu. Kuikuti alur rasamu.

"Nik rindu?"

"Hah?"

"Ingat Ayah dan Mamak?"

"Bukan itu!"

"Jadi?"

"Nik cuma..."

Bulir itu nyata. Menyeruak dari kelopak. Telusuri sudut matamu. Aku menatapmu. Kau gelengkan kepala. Tak kau usap bening itu. Kubiarkan senyap. Temani alun segukanmu.


 Kuraih dan nyalakan rokok terakhir. Kuhirup dalam. Hingga penuhi rongga dada. Kuhempas perlahan. Wajahku menatap temaram halaman.


 Aku mengerti. Inginmu, tak mampu kau ungkap. Dan aku. Tak mau berucap. Jika tak kulakukan.


 Hingga malam itu. Kuasaku, baru menjaga rasa dan asa. Kau pun tahu inginku. Sebagaimana aku pun tahu inginmu. Memiliki keinginan bukanlah sebuah jawaban. Kau juga aku sadari itu.

Aku terkejut. Saat gelas berkopi. Kau ajukan ke hadapku. Tak segera kuraih. Aku menatapmu. Tak lagi ada beningmu. Kuraih dan kureguk isi gelas. Kau tersenyum.

"Maafkan Nunik, ya?"


 Tak bersisa resah di wajahmu. Kau Nunikku. Perempuanku. Rasa dan caramu mengikatku. Kau raih gelas di tanganku. Kau letakkan di meja. Sambil menatapku.


 "Nik tahu! Mas tak akan tinggalkan Nunik!"

 

zaldychan

getmarried | amanoftheworld | justforyou | thosethreewords

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun