Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ketika Ayah Tak Lagi Boleh Memelukmu Saat Ultah!

3 September 2019   20:39 Diperbarui: 3 September 2019   22:56 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akupun tak mungkin mengubah itu, kan? Hanya berharap, itu adalah "defensive line" yang akan tetap kukuh hingga dewasa nanti.

"Uni mau hadiah apa?"
"Tak usah, Yah!"
"Atau kita makan-makan di..."
"Gak mau!"

Nah! Itu adalah percakapan singkat di atas motor. Saat mengantar gadisku ke sekolah. Tak lagi ada percakapan sesudah itu. Hanya diam. Aku, juga semua anakku punya rumus yang sama. Sekali tidak, tetap tidak. Hidup tidak! Haha...

Hingga sampai di sekolah, gadisku mengajukan tangan bertukar salam. Tanpa percakapan, hanya ajukan senyuman. Dan segera berbalik badan menuju kelas.

Bukan juga kebiasaanku memberi kado saat ultah anakku. Jadi, kalau mau berikan hadiah, langsung aja! Tanpa menunggu momen. Terkadang, itu menguntungkan! Apalagi, jika isi kantong terserang kekeringan. Hihi...

Tapi, saat di tempat kerja. Aku masih memikirkan kejadian pagi itu. Sebagai Ayah, ternyata aku terkejut, dan belum siap menerima "penolakan" dari anakku. Padahal hari ini, menurutku adalah hari istimewa baginya. Aku ingin dia merasakan keiatimewaan itu dariku sebagai ayah. Walaupun dengan cara sederhana.

Sore, selesai sholat ashar. Kujemput gadisku di sekolah yang memang fullday school. Wajah sumringah menyambutku. Sepanjang perjalanan pulang, ragam cerita dilontarkan. Tetang teman-teman serta ustadzah yang mengucapkan selamat. Serta ada beberapa teman-teman yang memberikan hadiah.

Sesekali kutimpali ceritanya. Hingga tanpa aba-aba kuhentikan motor di Warung Bakso. Gelengan kepala tanda penolakan kembali kudapatkan. Motor pun kembali bergerak pelan menuju jalan pulang.

Sampai di rumah. Aku masuk ke kamar. Membuka ponsel ingin membuat puisi untuk gadisku. Sebagai hadiah ulang tahun dariku sebagai Ayah. Akan kutayangkan di Kompasiana, dan akan aku tunjukkan pada Uni Tya. Caraku merayakan ulang tahunnya.

Tapi gagal! Kepalaku penuh dengan refleksi diri. Sekaligus mengingat pesan kakekku dulu. Saat aku masih kuliah. Awalnya, aku tertawa tak percaya. Hari ini. Ucapan itu, pelan-pelan kurasakan sebagai kebenaran.

"Jika nanti kau miliki anak perempuan. Tanpa disadari, kau akan akan segera menjadi orang asing! Sebelum itu terjadi, berusahalah menjadi seorang ayah bagi dirinya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun