Bis sudah lewati Simpang Pasar Baru. Berjalan pelan lewati gerbang, lalui jalur mendaki. Merayap pelan. Amak memperhatikan. Tapi hanya diam. Hingga bus berhenti di halte depan Rektorat. Hampir semua penumpang turun. Kau berdiri di samping Amak. Abak di sebelahku. Berdiri dipinggir jalan. Menunggu bis berlalu.
Tapi bus belum bergerak. Hingga kudengar pintu sebelah sopir dibanting keras. Wajah sopir muncul. Berjalan cepat mendekat. Mengajak bertukar salam. Wajah Amak dan Abak yang terkejut. Kau tersenyum. Aku tertawa.
"Mak! Aku anak Amak juga, ya?"
"Hah?"
"Biar Abang jadi saudaraku!"
"Sudah! Nanti malam main ke rumah! Penumpang sudah menunggu!"
"Siap, komandan!"
Kuambil alih menjawab. Melihat Amak kebingungan. Sisakan tawa, sopir bis kembali ke belakang kemudi. Dua kali bunyikan klakson. Segera tancap gas. Kuangkat tangan pada kondektur. Abak tersenyum. Mata Amak tertuju padaku.
"Itu siapa?"
"Sopir bis, kan?"
"Tapi kenapa tadi..."