Sebelumnya, Belanda menganggap Kemerdekaan Indonesia itu pada tanggal 27 Desember 1949. Setelah adanya penyerahan kedaulatan yang ditandatangani di Istana Dam. Amsterdam. Saat itu, delegasi Indonesia dipimpin oleh Bung Hatta.
Kenapa butuh waktu selama itu? Secara Hukum Internasional, jika Belanda segera mengakui tanggal 17 Agustus 1945 sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia. Maka aksi yang dilakukan dalam kurun waktu 1945-1949 dianggap Ilegal! Dalam sejarah Indonesia disebut "Agresi Militer", di Belanda dikenal dengan sebutan "Aksi Penertiban".
Lupakan tentang ganti rugi karena aksi itu adalah ilegal. Tapi coba bayangkan dampaknya bagi penulisan sejarah dari sebuah "pengakuan" itu di Belanda. Berubah, kan? Bayangkan juga sisi psikologis keluarga dari 6.000 orang tentara Belanda yang gugur saat terjadi agresi tersebut.
"Fakta adanya aksi militer merupakan kenyataan sangat pahit bagi rakyat Indonesia. Atas nama pemerintah Belanda saya ingin menyatakan penyesalan sedalam-dalamnya atas semua penderitaan ini,"
Itu, pernyataan Menlu Belanda Bernard Bot yang kukutip dari Wikipedia. Pengakuan dengan kejujuran namun terasa pahit. Adalah buah dari "pelurusan" sejarah. Bagaimana seseorang yang protagonis tetiba berubah menjadi antagonis, atau sebaliknya!
Jadi? Kukira banyak ahli sejarah yang berlomba untuk menyigi ulang pemurnian sejarah bangsa ini. Agar tak lagi terjadi kelirumologi, hingga hadir pembelokan sejarah yang gagal atau salah dimaknai oleh generasi mendatang.
Kembali merengkuh kebenaran fakta sejarah, melalui jejak literasi. Adalah jalan terang untuk mewujudkan bangsa yang maju dan berkarakter.
Anekdot yang biasa kuceritakan pada teman-temanku adalah: Kenapa Jepang maju? Sejak kecil, anak-anaknya sudah diberitahu. Kalau negara mereka banyak gunung api, sering terjadi gempa dan Tsunami bahkan badai! Jadi sejak kecil bersiaplah dan berusahalah dengan sungguh-sungguh! Kalau mau bertahan hidup.
Indonesia sebaliknya! Sejak kecil, diceritakan bagaimana kekayaan dan kemakmuran negara ini. Dengan potensi alam yang berlimpah di darat dan lautan! Jadi, karena negara sudah kaya, anak-anaknya menjalani hidup dan berusaha secukupnya saja. Toh, negeri kita kaya raya?
Jangan marah! Ini, hanya anekdot! Toh dunia tidak sehitam-putih itu, kan? Tapi menulis sesuatu yang sederhana, namun dibiarkan tetap salah. Kukira tak baik juga, kan? Makanya kucomot ucapan dari Dalai Lama di atas! Agar kita menjadi orang baik.