Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terpenjara Bahasa, Kok Bisa?

17 Agustus 2019   14:25 Diperbarui: 17 Agustus 2019   14:29 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

atau para pejabat yang sejak seminggu sebelumnya sudah mempersiapkan pakaian kebesaran, terus sejak shubuh melakukan persiapan. Terburu agar tak terlambat, tak jarang ada yang ribut dengan pasangan atau orang terdekat, demi setor wajah pada atasan.

Kepatuhan seperti apa yang dinginkan? Ketika aneka sanksi dan perangkat aturan lainnya diujarkan. Hingga wajah-wajah penuh tekanan hadir, agar tak terperangkap dalam persoalan. Tersenyum paksa berucap, "Merdeka!"

Bagiku, ada kegagalan pemaknaan kata merdeka yang ironisnya terjadi saat merayakan kemerdekaan. Bagaimana mungkin merasakan kemerdekaan dengan makna kebebasan, ketika menjalani hidup dengan penuh tekanan?

akhirnya, sajian kata-kata yang dilontarkan penuh basa-basi, penuh teka-teki dan polesan. susahnya, polesan itu kemudian menjadi tempat berlindung, bahkan mengaburkan dan menguburkan identitas sebenarnya.

Jika ada pejabat atau orang terhormat yang melakukan kesalahan atau pelanggaran hukum. Kita sepakat menyebut "oknum"! Agar yang lain tak terkena imbas atau dampak negatif, kan? Kenapa? Untuk menjaga marwah dan kehormatan.

Begitu juga, dengan penyebutan Pahlawan Devisa bagi para TKI, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa bagi Pendidik. Walau tak pernah ada Makam Pahlawan untuk mereka. Silahkan interpretasikan makna pahlawan itu.

Jadi? Boleh beda cara merayakan kemerdekaan seperti yang kutulis, kan? Hayuk salaman...

Curup, 17.08.2019
zaldychan
[ditulis untuk Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun