Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Just for You" [12]

13 Agustus 2019   08:15 Diperbarui: 13 Agustus 2019   09:10 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelang jam dua. Kau dan aku tinggalkan kantin. Dari arah pintu saat aku datang, Ni Yul hadiahkan senyum. Seperti kuduga, disambut godaan.

"Sudah toga hitam. Langsung merah, kan?"

"Hah?"

"Nikah!"

"Amiin! Itu do'a, kan?"

"Uni doakan! Kalian pasangan solid!"

"Amin lagi! Eh, Sulit?"

"Butuh tiang listrik?"

"Untuk?"

"Bersihkan telinga?"

"Tega!"

"Haha..."

"Nunik mau bilang sesuatu, Ni!"

Kau terkejut. Sesaat menatap Ni Yul, segera beralih menatapku. Raut bingung tersirat di wajahmu. Kuanggukkan kepala. Ni Yul tersenyum curiga.

"Ayo! Bilang aja!"

"Mas..."

"Lah? Kan, tadi Nik..."

"Gak ada!"

"Iya!"

"Nik mau bilang apa?"

"Terserah!"

"Tapi..."

"Bilang sayang aja!"

"Hah!"

"Ke Mas! Biar Ni Yul dengar!"

Plak! Plak!plak!

Tawa Ni Yul pecah, hingga terbatuk. Wajahmu memerah malu. Tak mampu sembunyikan jengahmu. Dan segera sembunyi di balik punggungku. Jari tanganmu, singgah di pinggangku. Aku tertawa. Sambil menahan perih. Ni Yul geleng kepala.

"Usilmu tak berkurang, ya?"

"Haha..."

"Mau apa?"

"Ambil jubah dan toga, Ni!"

"Kalau habis?"

"Boleh pake mukenah? Biar pinjam yang Nunik!"

"Tapi Uni bohong!"

"Sama!"

"Gak pernah mau kalah, ya?"

"Mau menang? Jadi Nunik aja!"

"Wah! Mana mungkin!"

"Iya! Tak akan!"

"Ini sisa satu! Tapi agak besar!"

"Lah?"

"Tadi udah dipisahkan satu! Pas Istirahat tadi Uni ke kantin, udah lenyap!"

"Ini aja! Dari pada mukenah?"

"Kembalikan dalam satu minggu. Terhitung hari wisuda!"

"Siap! Makasih, Uni!"

Aku berbalik. Kau masih diam. Kuanggukkan kepala. Kau mengerti. Segera ulurkan tangan pada Ni Yul. Bertukar salam. Tanganmu digenggam erat, belum dilepaskan. Ni Yul menatapmu.


"Jangan lupa undang Uni, ya?"

Wajahmu kembali memerah. Tundukkan kepala. Tak menjawab. Tanganmu tak dilepas. Kau pasti tahu, Ni Yul menunggu jawabmu. Tak kentara, kau anggukkan kepala. Segera menarik tanganmu. Ni Yul tertawa. Terburu, kau raih lenganku. Mengajak pergi.

Kuangkat tangan. Tawa Ni Yul masih terdengar. Toga dan jubah hitam. Terlipat rapi dalam bungkusan plastik bening sudah di tanganmu. Berdua, segera tinggalkan Dekanat Hukum. Menuju masjid kampus.


Usai dzuhur. Kau kutemui. Sudah menunggu di beranda masjid. Jubah hitam di tanganmu, tak lagi dalam bungkusan plastik. Aku duduk di sebelahmu.


"Mas coba dulu!"

"Malu!"

"Haha..."

"Malah ketawa?"

"Sejak kapan malu?"

"Barusan!"


Kau tertawa. Kemudan berdiri. Kau menatapku menunggu. Aku mengerti. Segera berdiri. Kau minta aku berbalik, membelakangimu sambil rentangkan tangan. Kau kembangkan jubah hitam. Aku diam, turuti maumu. Kau kembali duduk.

Kepalaku ikuti gerak polahmu. Jubah terbentang di lantai. Kau ukur dengan jengkal dan jarimu. Kau menatapku. Aku masih diam berdiri. Kau tertawa, mengajak duduk.


"Bilang, kalau sudah!"

"Haha..."

"Nik mau apa?"

"Nik kecilkan sedikit, ya?"

"Oh! Tapi jangan..."

"Gak dipotong!"

Plak!

Kutepuk dahiku sendiri. Kau terkejut. Aku tertawa, sadari bodohku. Kuacak kepalamu. Kau terdiam menatapku.


"Maafkan, ya?"

"Kenapa?"

"Lupa! Pacar Mas jago urusan jahit!"

"Iiih..."

#Nik

#getmarried #SpeakYourMind #UnforgettableMoment # AmanofTheWorld #JusforYou

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun