"Bang, walau bukan panitia. Kami ikut bantu boleh?"
"Tetanggaku ada yang belum dapat karcis, Bang! Padahal..."
"Bang! Si A tadi kulihat sembunyikan kaki kerbau di..."
Sesiapapun yang pernah jadi Panitia Kurban pada saat Iduladha. Kukira pernah mengalami hal itu. Apapun jabatan seseorang itu dalam kepanitiaan. Pada hari pelaksaaan penyembelihan hewan kurban, panitia adalah jabatan paling keren! Ahaay....
Sosok yang menggunakan seragam atau sekedar IDcard. Baik itu di Masjid, Musholla, Langgar atau di komunitas tertentu. Tetiba menjadi orang penting! Paling dibutuhkan dan paling dicari. Juga figur yang mesti didekati. Melebihi keinginan untuk foto bersama artis Holywood, Bolywood atau pejabat negara. Aih, lebay!
Belasan tahun, terlibat dalam prosesi kurban pada Masjid  Al Jihad di kampungku. Kucoba ceritakan sisi humanis dan terkadang dramatis dari panitia kurban, ya?
Di Kampungku, ada dua bentuk Panitia Kurban. Pertama, Panitia khusus kurban yang ada di struktur kepengurusan di Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) atau Organisasi  Masyarakat. Biasanya, bertugas menghimpun dana, memilih dan membeli hewan kurban, hingga menyiapkan kebutuhan serta pendistribusian karcis kurban.
Aih, ini adalah tugas mulia dan tahunan, kan? Namun ada misteri kisah duka juga. Karena, pola peserta kurban ada yang setor tunai ada juga pola arisan yang di setor bulanan, kan? Terkadang panitia juga ketar-ketir. Ketika dana yang terkumpul tak sebanding dengan harga beli hewan kurban yang tetiba naik! Tak jarang panitia menutupi kekurangan ini. Hiks..
Belum lagi, ketika hewan yang dibeli diangggap terlalu kurus! Karena keterbatasan pilihan atau dana yang tersedia tak mencukupi. Atau mengalami kasus organ dalam hewan kurban, seperti hati sapi atau kerbau dinyatakan tak layak dibagikan oleh petugas dari Dinas Kesehatan. Harus dibuang! Dan, semua mata berubah menjadi telunjuk kepada panitia. Hiks lagi..
Kedua, adalah Panitia Eksekusi. Biasanya dari jamaah serta melibatkan beberapa orang yang ahli di bidang pemotongan hewan. Tugasnya, dari mulai penyembelihan, pembersihan hingga pembagian sesuai karcis kepada orang yang dianggap berhak.
Dan, bukan rahasia juga. Jika banyak yang berminat jadi panitia! Selain memang ada niat membantu, ada juga punya misi khusus, tah? Pembaca pasti tahu, kan? Coba bayangkan kalo satu musholla hanya menyembelih 3 ekor kambing! Terus, yang tertarik jadi panitia hingga 30 orang?Ahaaay...
Prosesi penyembelihan adalah hajatan banyak orang. Melibatkan dan semua orang tanpa sengaja, memiliki kebutuhan terhadap daging kurban itu. Bukan urusan kemampuan membeli atau tidak! Tapi tak akan berkesan hajatan iduladha, tanpa icip-icip daging kurban, kan?
Karena berhadapan dengan orang banyak. Tanpa sadar, Panitia akhirnya mesti memilih jawaban yang diplomatis dan tak terkesan arogan saat lakukan penolakan. Ketika berhadapan dengan orang yang tak mendapat karcis kurban.
Jika berhadapan dengan orang tak dikenal, akan lebih mudah. Susahnya, kalau yang datang adalah orang yang dikenal! Siap-siap saja besok tak lagi disapa! Haha....
Menjadi Panitia Mesti Tabah, tapi Mengasyikkan!
Jika gagal mengemas kegiatan penyembelihan hewan kurban secara rapi dan sesuai perencanaan. Maka desas-desus dan kesalahan itu akan ditimpakan kepada panitia.
Semisal, urusan daging terlalu sedikit atau kecil, terlalu banyak tulang atau pencucian yang tidak bersih atau malah terlambat membagikan. Hal-hal ini, biasanya akan dilahap oleh telinga panitia. Belum lagi, jika ada orang yang melakukan perbandingan dengan paket kurban dari Masjid atau tempat lain. Maka, panitia mesti tabah!
Namun, jika prosesi itu berjalan lancar. Apalagi, terkadang momen kerja gotong royong ini memantik kebersamaan. Saat di hari biasa, jarang saling bercengkrama. Waktu setengah hari, cukup untuk melebur sekat-sekat perbedaan. Jika sudah begitu, aneka senyuman akan bertebaran seantero anak negeri! Haha..
Demikianlah, kira-kira refleksiku jika terlibat dalam kepanitiaan kurban. Bisa saja ada kisah dengan warna lain, tah?
Versiku, terlibat dalam suka duka saat menjadi panitia kurban adalah bagian dari memahami makna dan nilai pengorbanan minimal. Mungkin saja, ada yang mampu membeli lebih dari ukuran daging kurban yang diterima. Namun secara imajiner, akan beda rasa dan ceritanya, kan?
Akhirnya. Selamat hari raya iduladha 1440 H. Selamat menikmati masakan di rumah. Hati-hati dan tetap menjaga kesehatan, jangan lupa senyum, ya?
Hayuk salaman!
Curup, 11.08.2019
zaldychan
[ditulis untuk Kompasiana]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H