Jika berhadapan dengan orang tak dikenal, akan lebih mudah. Susahnya, kalau yang datang adalah orang yang dikenal! Siap-siap saja besok tak lagi disapa! Haha....
Menjadi Panitia Mesti Tabah, tapi Mengasyikkan!
Jika gagal mengemas kegiatan penyembelihan hewan kurban secara rapi dan sesuai perencanaan. Maka desas-desus dan kesalahan itu akan ditimpakan kepada panitia.
Semisal, urusan daging terlalu sedikit atau kecil, terlalu banyak tulang atau pencucian yang tidak bersih atau malah terlambat membagikan. Hal-hal ini, biasanya akan dilahap oleh telinga panitia. Belum lagi, jika ada orang yang melakukan perbandingan dengan paket kurban dari Masjid atau tempat lain. Maka, panitia mesti tabah!
Namun, jika prosesi itu berjalan lancar. Apalagi, terkadang momen kerja gotong royong ini memantik kebersamaan. Saat di hari biasa, jarang saling bercengkrama. Waktu setengah hari, cukup untuk melebur sekat-sekat perbedaan. Jika sudah begitu, aneka senyuman akan bertebaran seantero anak negeri! Haha..
Demikianlah, kira-kira refleksiku jika terlibat dalam kepanitiaan kurban. Bisa saja ada kisah dengan warna lain, tah?
Versiku, terlibat dalam suka duka saat menjadi panitia kurban adalah bagian dari memahami makna dan nilai pengorbanan minimal. Mungkin saja, ada yang mampu membeli lebih dari ukuran daging kurban yang diterima. Namun secara imajiner, akan beda rasa dan ceritanya, kan?
Akhirnya. Selamat hari raya iduladha 1440 H. Selamat menikmati masakan di rumah. Hati-hati dan tetap menjaga kesehatan, jangan lupa senyum, ya?
Hayuk salaman!
Curup, 11.08.2019
zaldychan
[ditulis untuk Kompasiana]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H