Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Just for You" [7]

6 Agustus 2019   08:15 Diperbarui: 6 Agustus 2019   14:33 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meja kembali rapi. Bersisa dua gelas. Berisi kopi dan teh. Kotak plastik, dimasukkan ke dalam tas milikmu. Caramu praktis. Tak ada izinmu, saat ingin kubersihkan. Kau menatapku. Kunikmati asap rokokku.

"Mas tambah kurus!"

"Hah?"

"Jangan sakit!"

"Iya!"

"Nik ngerti. Kalau Mas..."

Kuubah posisi duduk ke hadapmu. Kutatap wajahmu. Sambil tersenyum, kuusap pelan kepalamu. Aku tahu yang akan kau ucapkan. Kau tahu kondisiku saat itu. Tak ada yang perlu kujelaskan.


"Mas sehat, kan?"

"Seharian tidur."

"Kan libur?"

"Dari pagi gak keluar kamar."

"Lah? kan, tidur?"

"Nik nanya, Mas!"

"Haha..."

"Nik serius, Mas!"

"Satu minggu ini, Mas terburu waktu! Nik tahu kalau urusan administrasi. Mas suka bablas!"

"Kata Ni Yul, dua minggu, kan?"

"Berubah! Harus selesai minggu ini!"

"Oh!"

"Ribet juga capek!"

"Mas gak sakit, kan?"

"Gak! Siapa bilang? Ibu kost?"

"Karena Mas..."

Aku tertawa. Kau tidak. Kureguk isi gelas berkopi. Kau diam menatapku. Meyakinkan dirimu, jika aku seperti ucapanku. Kuajukan gelas berisi teh. Tersenyum paksa, kau reguk isi gelas di tanganmu.

"Kenapa gak bilang ke Nunik?"

"Kan, belum beres?"

"Setidaknya, Nik..."

"Masih tertinggal satu! Nik mau bantu?"

"Apa?"

"Ikut Mas ambil Skripsi!"

"Haha..."

"Malah ketawa!"

"Haha..."

"Mau atau..."

Plak! Tawamu pecah, iringi pukulanmu. Percetakan mini. Tempat aku menjilid skripsi. Rekomendasi para senior. Selain rapi juga dikelola oleh alumni satu fakultas. Dan, tempat itu tepat di sebelah masjid. Dekat rumah kostmu.

Kau berusaha, hentikan tawamu. Saat ibu kostku sudah berdiri di depan pintu. Tersenyum memandangmu. Kau berdiri menyalami. Ibu kost menolak, saat kuajak masuk. Kau kembali duduk di sampingku.

"Nunik datang. Baru bangun!"

"Haha..."

"Dua kali Nunik nelpon. Ibu panggil gak nyahut!"

"Kalau nyahut, bukan tidur, kan?"

"Ibu kira sakit!"

"Iya. Sakit rindu, Bu!"

Kau dengar jawabku. Wajahmu memerah. Ibu kost tertawa. Segera berlalu. Berganti cubitmu. Aku tertawa. Kau lirik jam di pergelangan tanganmu. Masih jam lima. Kau menatapku. Aku mengerti.

"Nik, mau pulang?"

"Kan, ikut Mas?"

"Kemana?"

"Ambil skripsi?"

Aku garuk kepala. Kulakukan gerakan menimba air. Kau anggukkan kepala. Aku segera lenyap dari ruang tamu. Kubiarkan, kau nikmati tawamu sendiri.


Agak lama. Aku sudah rapi. Kembali duduk di sisimu. Kureguk habis kopi bersisa. Kunyalakan sebatang rokok. Kau tersenyum.

"Mas! Potong rambut, mau?"

"Eits! Ingat penjanjian kan? Jangan atur..."

"Sekali aja!"

"Haha..."

"Biar..."

"Apa? Ganteng?"

"Gak kelihatan kurus!"

"Oh!"

"Mau?"

"Iya! Nanti dirapikan."

"Maaas..."


Panggilanmu, bernada putus asa. Aku tersenyum menatapmu. Kuanggukkan kepala. Kau tertawa. Segera habiskan isi gelasmu. Kau berdiri.

"Sekarang, ya?"

"Apa?"

"Potong rambut!"

"Hah?"

#Nik

#ThereisaWay #SpeakYourMind #UnforgettableMoment # AmanofTheWorld #JusforYou

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun