Ada 4 area program yang serentak dilakukan pada 4 kabupaten di Indonesia. Pertama, Kabupaten Bantul dengan isu bencana gempa, banjir dan tsunami. Kedua, Kabupaten Garut dengan isu bencana gempa, banjir dan gunung api Guntur. Ketiga, Kota Padang dengan isu bencana gempa dan tsunami. Serta keempat, daerahku Kabupaten Rejang Lebong dengan isu gempa dan gunung api Kaba.
Kenapa konsentrasi program pada anak-anak? Sebab, anak-anak adalah yang paling rentan dibandingkan orang-orang dewasa, yang terdampak bencana selain wanita dan lansia. Baik saat terjadi bencana, maupun setelah terjadi bencana. Ancaman fisik dan dampak psikologis berupa traumatik bagi anak itu luar biasa.
Silakan diskusi sama teman-teman psikososial yang terlibat di daerah tanggap darurat bencana. Secara fisik, anak-anak tak mampu berebutan logistik di dapur umum. Secara psikologis, anak-anak acapkali terabaikan oleh orangtuanya sendiri, karena sibuk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Belum lagi jika si anak kehilangan orangtua, saudara bahkan teman sekolah yang menjadi korban bencana.
Apa yang Bisa Dilakukan untuk Peningkatan Kesiapsiagaan Bencana pada Anak?
Pertama, Berbagi Pengetahuan tentang Bahaya (Hazard)
Bahaya bisa saja disebabkan oleh alam, juga ulah tangan manusia sendiri. Saat itu, program terkonsentrasi bebagi pengetahuan 7 bahaya yang kerap terjadi. Semisal tentang gempa, tsunami, gunung api, banjir, angin puting beliung, kebakaran dan tanah longsor. Saat ini, bahayanya sudah bertambah, termasuk di antaranya dampak perubahan iklim, dampak teknologi, konflik sosial, dan lain-lain.
Pengetahuan Ini, adalah hal terpenting yang mesti dibagikan pada masyarakat. Khususnya anak-anak. Banyak yang meremehkan pengetahuan tentang bahaya ini. Sederhananya, diawali dengan pertanyaan, apa itu gempa? Apa penyebab gempa? Apa akibat gempa? Apa yang bisa dilakukan agar tidak menimbulkan korban atau kerugian?Â
Ada yang bilang, "Akibat ketidaktahuan bisa saja membunuhmu dengan sebab sederhana", kan?
Kedua, Mengenal dan Menyigi Kerentanan di Sekitar Anak.
Tanpa sadar, acapkali kita akrab dengan kerentanan yang menimbulkan bencana. Semisal membuang sampah di sungai yang menjadi penyebab banjir, penebangan hutan secara liar sebagai penyebab longsor, sambungan kabel listrik yang amburadul jadi penyebab kebakaran. Atau struktur bangunan yang dibuat kurang kokoh karena hemat biaya atau seadanya yang rawan ambruk jika terjadi gempa.
Hal-hal sederhana seperti itu, idealnya dikenalkan kepada anak sejak dini. Agar nantinya bisa merekontruksi ulang sikap dan perilaku. Dengan melakukan perbandingan antara pengetahuan dan pengalaman empirik di anak.