Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perjalanan Sunyi Buku Pelajaran

31 Juli 2019   16:16 Diperbarui: 1 Agustus 2019   02:50 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay,com

"Mereka tahu hasil 2 + 2 = 4, tapi tak tahu mengapa 2 x 2 juga sama dengan 4!" (Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 3)

Dua buku pelajaran, bertamu dan bertemu namun tak berteman di dalam tas sekolah seorang siswa. Keduanya akan berhimpitan karib, selama satu semester pada tahun pelajaran baru.

Buku pertama bersampul plastik rapi. Tanpa ada coretan di cover luar atau di lembaran dalamnya. Setiap sudutnya tak ada yang bergulung-gulung, seperti buku yang pernah dipakai dan sering dibaca. Padahal bukan buku yang baru dibeli.

Buku kedua, juga bersampul plastik. Namun, sebagian covernya sudah ada yang robek. Isi bukunya penuh coretan, dan di setiap sudutnya kumal dan lecek. Dari cap perpustakaan sekolah, diketahui jika buku kedua ternyata seumuran dengan buku pertama.

Kedua buku tersebut berbaur di dalam tas siswa yang besar dan padat. Penuh sesak dengan buku tulis dan alat-alat tulis, peralatan makan, botol minuman, sandal harian yang mesti dibawa dan dimasukkan kantong plastik hitam, serta pakaian olahraga.

Nyaris setiap hari, kedua buku tersebut berhadapan. Walau tak saling berkenalan dengan seabrek peralatan itu. Seperti siswa pemilik tas dan isinya, semua sibuk dengan fungsi dan tugas masing-masing.

Illustrated by pixabay,com
Illustrated by pixabay,com

"Dunia adalah buku, dan mereka yang tidak bepergian hanya membaca satu halaman." (Augustinus)

Buku pertama, membayangkan berbahagialah semua peralatan itu. Selalu dibawa untuk digunakan. Termasuk buku kedua, yang sampulnya robek dan seluruh sudutnya tampak lecek. Pasti sangat dibutuhkan!

Tak bermaksud membandingkan. Buku pertama, merasa terabaikan. Keberadaannya, tergantikan oleh buku beberapa lembar yang disebut LKS (Lembar Kerja Siswa). Buku Pertama menyadari, fungsi abadinya sekarang, hanyalah sebagai pendamping. Tak lebih dan tak kurang. Merasa diri tak berguna, walau berpenampilan lebih istimewa.

Tanpa diketahui oleh buku pertama, buku kedua malah merasa cemas. Khawatir, siswa tersebut akan memperlakukannya seperti siswa sebelumnya. Setiap hari lembar halamannya dibolak-balik, hanya untuk disalin kembali di buku tulis.

Mungkin saja, karena siswa tersebut lelah atau bosan. Sehingga ia diperlakukan secara kasar. Akhirnya, tampilan buku kedua tak lagi pernah istimewa seperti buku pertama.

Buku kedua pun merasa dilecehkan! Juga menyadari, jika diri serasa tak berguna. Untuk apa kehadirannya? Jika semua mesti kembali ditulis ulang oleh siswa? Kenapa harus ia yang teraniaya oleh kebosanan dan kelelahan siswa?

Jejangan, sesungguhnya ini adalah upaya pelan-pelan, menyingkirkannya dari peredaran? Menggantinya dengan segala macam perubahan baru yang terus berubah-ubah, akibat tergerus kemajuan zaman?

Dua buku pelajaran itu, enggan saling bercerita. Keduanya menyimpan rasa malu yang sama, merasa tak berguna. Menyimpan kesedihan yang sama, jika mereka tak lagi dianggap, sebagaimana mestinya sebuah buku.

Keduanya, berharap hadirnya seorang. Yang akan mengembalikan manfaat keduanya, sebagai pedoman dan penunjang belajar dan pembelajaran. Bukan berposisi pengganti. Keduanya, merindukan adanya seorang guru.

Curup, 31.07.2019

zaldychan

[ditulis untuk Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun