Aku belum tahu sebab tangismu malam itu. Pilihanku menunggu. Hingga kau tenangkan hatimu. Kuhisap dalam rokok, kuhempas pelan. Kepulan asap warnai beranda. Hujan semakin deras. Gemericik butiran air, temani sunyi.
Kau bergerak dari dudukmu. Meraih gelas berkopi. Kau ajukan padaku. Ada senyummu untukku. Kuraih dan kureguk isinya. Masih sedikit panas. Kau perhatikan gerikku. Kuletak gelas berkopi ke atas meja. Aku menatapmu.
"Nik menunggu Mas?"
"Iya!"
"Rindu?"
Biasanya, akan ada pengingkaran darimu. Tidak malam itu. Kau anggukkan kepala. Aku tertawa. Kau tundukkan wajahmu.
"Tumben?"
"Apa?"
"Rindu?
"Biar!"
"Baru dua hari?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!