Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Unforgettable Moment" [11]

1 Juli 2019   08:15 Diperbarui: 1 Juli 2019   08:31 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kukira. Mata air mata adalah simbol. Apapun bentuk rasa yang di alami. Acapkali hadir. Ketika terbentur, antara rasa dan asa. Seperti hadir beningmu siang itu. Tak lagi kugali rasamu. Pun takkan kusigi asamu. Berkali dan lagi.

Takkan kuhitung hadirku saksikan beningmu. Tak perlu lagi tanyaku. Kau hanya butuh jeda, dan itu kulakukan. Tapi aku tahu. Rasa memiliki adalah inginmu. Juga aku.

Perlahan. Kau angkat wajahmu. Perbaiki jilbabmu. Tersenyum menatapku. Kau biarkan sisa bening di dua sudut matamu.

"Mas..."

"Apa?"

"Boleh Nik terus terang?"

"Mas udah tahu!"

"Mas..."

"Khawatir. Skripsi Nunik takkan selesai semester ini, kan?"

"Nunik merasa..."

"Takut Mas tinggalkan dan lupakan?"

"Mas!"

"Selesai wisuda. Mas belum langsung pulang!"

Aku menatapmu. Kau tak siap, dengar kalimatku. Wajahmu memerah, kau tertunduk. Kubiarkan kau sendiri. Aku berdiri. Beranjak memesan segelas kopi. Aku kembali duduk di sampingmu.

"Kopi lagi?"

"Biar serius mikir!"

"Alasan!"

Aku tertawa. Kau raih ujung sendok di bibir gelas. Kau aduk pelan, kopiku kau cicipi. Kau tersenyum. Menatapku.

"Kurang gula, Mas!"

"Nanti minumnya, Mas lihat Nunik!"

"Malah merayu!"

"Gak! Nik gak butuh itu, kan?"

"Barusan?"

"Mas malas balik lagi!"

"Biar Nik..."

Kau tak jadi berdiri. Tangan kirimu kupegang. Kau mengerti, kembali duduk. Kureguk kopiku, sambil menatapmu.

"Manis?"

"Ibu kantin? Gak!"

"Haha..."

"Mas udah punya pacar!"

"Oh!"

"Eh, calon Istri!"

"Cantik, kan?"

"Hobby nangis!"

"Haha..."

"Dan takut. Kalau Mamasnya pergi!"

"Haha..."

"Gegara temannya putus pacaran, selesai wisuda!"

"Itu serius dan kenyataan! Mereka sudah empat tahun pacaran!"

"Padahal bilangnya percaya!"

Plak! Plak! Plak!

Bunyi tepukan tanganmu, lumayan keras. Itu spontanmu. Dan segera tertunduk sambil menutup wajahmu. Saat sadar, beberapa pengunjung. Termasuk pemilik kantin, lemparkan pandang ke arahmu. Aku tertawa.

"Kenapa menunduk? Nik malu?"

"Mamas..."

"Seharusnya, yang dipukul malu!"

"Iiih..."


Kali ini, duet jarimu di pinggangku beraksi. Aku tertawa. Bertahun, kuhadapi perubahan tiba-tba rasamu. Entahlah! Kunikmati alur rasamu. Takkan kuubah itu. Kukira begitu caramu.

Lagi, kau cicipi dengan sendok kopiku. Dan kau ajukan gelas berkopi. Kuraih gelas di tanganmu.

"Habis ini, ke rental Maknen, mau?"

"Nik gak mau!"

"Lah?"

Kau gelengkan kepala. Aku terdiam. Ada senyum di bibirmu. Kureguk habis kopiku. Entah apa lagi rencanamu. Takkan kutanya. Kubiarkan, hari ini untukmu. Dengan cara dan inginmu.

#Nik

#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #BorntoFight #ThereisaWay #SpeakYourMind

zaldychan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun