Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Unforgettable Moment" [9]

27 Juni 2019   08:15 Diperbarui: 27 Juni 2019   08:18 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrated by pixabay.com

Kantin Fakultas Teknik sepi. Tak banyak aktivitas. Apatah lagi hari sabtu. Hampir pukul sebelas. Saat masuki kantin kendali kau ambil alih. Tentukan menu pesanan hari itu. Aku duduk menunggu dan curiga. Kau tertawa. Saat berjalan. Segera duduk di sebelahku.

"Mas belum sarapan, kan?"

"Tapi sudah ngopi."

"Iya."

"Nik pesan apa?"

"Mie goreng!"


Kau raih dua gelas kosong. Kau tuang air. Kau ajukan satu ke hadapku. Kureguk seteguk. Kuhidupkan rokokku. Kupandangi suasana kantin. Banyak berubah. Kau menatapku.


"Mas ingat, kapan terakhir ke sini?"

"Dua bulan sebelum masehi?"

"Haha..."

"Eh! Mas ingat!"

"Kapan?"

"Satu hari sesudah proklamasi kemerde..."


Plak! Pluk! Plak! Bahuku pasrah. Pukulan iringi tawamu. Semakin keras. Ketika tahu rokokku terlepas dari tanganku. Jatuh ke gelas di hadapku. Tawamu segera lenyap. Saat kuraih gelasku. Berpura akan meminum isinya.

"Mas! Jangan..."

"Mubazir, kan?"

"Iiih..."


Cubitanmu singgah di pinggangku. Kau rebut gelas di tanganku. Kau ganti gelas dan air baru. Aku tertawa. Dan terdiam, saat pemilik kantin antarkan pesanan. Kau tertawa lagi. Penuh kemenangan.

"Bilangnya mie goreng?"

"Haha..."

"Nik tulis nasi atau mie goreng?"

"Hayuk, makan!"


Kau nikmati pasrahku. Belum sempat kunikmati nasi goreng di hadapku. Minuman pun diantar. Kau tertawa. Aku gelengkan kepala. Di hadapmu jus jeruk hangat, aku kebagian gelas bersusu. Kuacak kepalamu.

"Curang!"


Segera berdiri. Kubawa gelas bersusu. Kuminta pada pemilik kantin satu sendok kopi. Aku kembali duduk di sisimu. Kau tersenyum. Tak lagi ada komentarmu.

Jam makan siang. Kantin mulai ramai. Baru kusadari. Sudah lama tak ke kantin. Sekelompok mahasiswa, kuasai satu sudut kantin. Tak satupun kukenal. Kau tersenyum menatapku.

"Kenapa, Mas?"

"Memang udah lama gak ke sini, ya?"

"Tahun lalu!"

"Hah! Setahun?"

"Terakhir pas Nunik peragaan busana!"

"Pantas!"

"Apa?"

"Makhluk ghaibnya udah tukar!"

"Haha..."

Kulirik lagi. Kumpulan mahasiswa itu, pikuk suaranya penuhi kantin. Kunikmati rokokku. Kau membuka buku besarmu, serius menulis sesuatu. Tak terlalu kuperhatikan. Tetiba namaku di sebut. Satu orang sudah berdiri di sampingku. Ajukan tangan, bertukar salam. Kukenal wajah. Tapi lupa nama.

"Apa kabar, Bang?"

"Lagi pacaran!"

"Haha..."

"Makan?"

"Junior ngajak ngopi! Gabung, Bang?"

"Lanjut!"

"Aku ke situ dulu, Bang!"

"Iya. Titip pesan. Jangan ribut! Aku jadi gak kusyuk pacaran!"

"Siap!"


Entah sesiapa itu. Segera bergabung pada sekumpulan penguasa kantin. Kuarahkan pandangku. Beberapa kepala dianggukkan. Aku tersenyum. Pikuk kantin berkurang. Kau menatapku, gelengkan kepala. Tak sepakat atas ulahku. Aku tertawa.

Kau ajukan buku besarmu di hadapku. Kubaca tulisan tanganmu. Wajahku berubah mataku bergerak. Dari atas ke bawah. Berhenti di angka lima belas. Deretan kalimat. Berawal dengan kata 'jangan". Aku menatapmu.


"Nik?"

#Nik

#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #BorntoFight #ThereisaWay #SpeakYourMind

 zaldychan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun