Hujan belum reda. Udara dingin terasa. Kau menatapku. Tak lagi ada tanyamu. Aku tahu, kau menunggu. Kureguk gelas berkopi, kuajukan gelasku padamu. Kau gelengkan kepala. Tapi kau raih gelas itu. Aku tersenyum.
"Mau tahu kenapa Mas datang, kan?"
"Nik cuma... "
"Tapi gak bisa tanya itu, kan?"
"Nunik kaget! Kan Mas janji, besok jemput?"
"Rindu yang memaksa Mas datang!"
Reaksimu tak biasa. Kau tertunduk diam. Tak ada cubitan. Tawa atau senyummu untukku. Kukira, rasamu ikut hanyut bersama kumpulan titik hujan.
Aku berdiri sejenak diam. Kau terkejut menatapku. Kugerak tubuhku. Bak olahragawan, sedang lakukan pemanasan. Kau tersenyum melihat ulahku.
"Dingin?"
"Serba salah!"
"Hah?"