Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "There is a Way" [6]

13 Mei 2019   06:15 Diperbarui: 13 Mei 2019   06:17 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by.pixabay.com

Hampir jam delapan di pagi minggu. Aku sudah di depan pagar rumahmu. Ibu kost, merumput halaman. Tersenyum menyambutku. Kuucap salam dan berjabat tangan.

"Wah! Jadi berangkat?"

"Insyaallah, Bu! Sekalian izin"

"Iya. Nunik udah ngomong!"

"Terimakasih, Bu!"


Kuanggukkan kepala. Ibu kost tersenyum. Kau sudah di beranda. Kutemui. Kau kenakan baju terusan. Warna coklat. Berjilbab warna senada. Aku tersenyum. Kau menatapku.

"Kenapa?"

"Cantik!"

"Haha..."

"Ternyata benar! Jika dipuji. Perempuan suka lupa!"

"Hah! Apa?"

"Belum disuruh duduk?"

"Eh? Duduk Mas!"


Aku tertawa. Segera duduk. Kau segera ke dalam. Tak lama, kau keluar. Ada gelas berkopi di tanganmu juga asbak. Kau letakkan di hadapku.


"Ngopi dulu, ya?"

"Makasih!"

"Masih panas!"


Ucapanmu, hentikan gerakan tangan kananku. Kau tersenyum. Kuhidupkan rokokku, kau memandangku.

"Berangkatnya. Sebentar lagi,kan?"

"Udah tahu!"

"Hah!"

"Kan, kopinya panas?"

"Haha..."

"Kenapa?"

"Nik telat bangun!"

"Oh! Begadang lagi?"

"Nik selesaikan jahitan!"

"Kan dah dibilang. Jangan jahit malam? Kasihan mata!"

"Gak bisa tidur!"

"Mikirin apa?"


Kau diam. Aku tahu. Tak perlu tunggu jawabmu. Sekilas kuusap kepalamu. Kau tersenyum tapi wajahmu memerah. Matamu tertuju pada ibu kost, yang asyik merumput. Tapi menghadap ke jalan. Aku tertawa.

"Tadi Nik masak agar! Kemaren lupa beli santan. Sudah shubuh tadi baru beli!"

"Hah?"

"Jadi belum beku!"

"Ya udah. Ditunggu dulu!"

"Iya. Sudah Nik dinginkan. Dengan air es!"

"Keren!"

"Anak kost, mana ada kulkas?"

"Cerdas!"


Kuajukan dua jempol. Kau tertawa. Itu salah satu jadi sebab. Aku memilihmu. Kau selalu selesaikan masalahmu dengan caramu. Walau aku tak pernah ujarkan itu padamu.

Kukira. Pagi minggu itu. akan cerah. Kau masih menatapku.


"Mas, tak apa Nunik bawa agar, kan?"

"Kenapa?"

"Nik bingung!"

"Sebaiknya tak usah bawa!"

"Hah!"

"Nanti orang tahu. Nunik bisa masak!"

"Terus?"

"Malah gawat!"

"Kenapa?"

"Bakal jadi rebutan!"

"Eh? Rebutan apa?"

"Dijadikan mantu!"

"Iiih..."

#Nik

#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter #LoveJustaintEnough #Borntofight

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun