Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Love Just Ain't Enough" [13]

10 April 2019   06:20 Diperbarui: 10 April 2019   06:28 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelang ashar, piring makanku bersih. Kau tak makan. Kopiku, kau habiskan. Kantin sudah sepi, sejak tadi. Kau banyak diam. Tapi tersenyum sambil memperhatikan. Saat aku memulai makan hingga suapan terakhir. Kubiarkan, kau ambil gelas berisi air putih. Kau berikan padaku.


"Minum lagi!"

"Eh?"

"Mesti banyak minum air putih. Apalagi sudah makan!"

"Biar apa?"

"Biar pencernaanya lancar!"

"Oh! Kukira, biar bisa putih."

"Haha..."

Aku tersenyum. Kuraih gelas di tanganmu. Kureguk isinya, bersisa sedikit. Kuhidupkan sebatang rokok. Kau tetap menatapku. Kukira, ada yang kau fikirkan dan belum kau ujarkan. Aku diam. Menunggu.


"Kenapa bisa tahu?"

"Apanya?"

"Kalau..."

"Lelaki tadi mengganggumu?"

"Iya! Eh, bukan begitu! Nik merasa..."

"Nunik sudah terganggu! Maka memintaku datang, kan?"

"Kok bisa tahu, itu orangnya?"

"Rahasia laki-laki!"

"Iiih!"


Cubitan kedua hari itu. Kau tersenyum, aku tidak. Senyummu lenyap. Kau membaca raut wajahku. Menunggu reaksiku.


"Kalau masih diganggu. Bilang ke aku!"

"Iya! "

"Biar dia gak bisa lihat matahari lagi!"

"Hah!"

"Keluarnya malam aja! Pas Nunik sudah tidur!"

"Haha...! Jadi vampir?"

Aku tertawa. Ibu kantin sudah bersiap merapikan meja. Tersenyum menatapku. Kuanggukkan kepala juga tersenyum. Kau masih menatapku.


"Pulang?"

"Nik belum mau pulang!"

"Nunik mau jagain kantin?"

"Hah?"

"Ibu itu udah mau pulang!"

Kau mengerti. Aku berdiri, menunggumu. Kau raih tas juga buku dan mapmu. Aku berjalan menuju ibu kantin. Kau mengikuti di sampingku. Ada senyum di bibirmu.


"Berapa, Bu?"

"Sudah dibayar Nunik! Kan, bayar dulu baru makan?"

"Eh? Nunik takut sama ibu, ya?"

"Hah!"

"Karena ibu pakai sandal dan kaos oblong?"

"Haha..."

"Makasih, Bu! Kopinya, enak!"

"Iya, sama-sama."

"Tapi gelasnya keras!"

"Haha..."

"Boleh nitip, Bu?"

"Mau titip apa?"

"Titip Nunik. Kalau ada yang ganggu, bilang ke aku!"

"Iya. Kamu pacar Nunik?"

"Calon suaminya!"

"Oh!"


Duk! Ibu kantin terkejut, mendengar ucapanku. Dan aku terkejut, ketika bukumu mendarat keras di bahuku. Kuanggukkan kepala pada ibu kantin. Kutarik lagi tas hitammu, mengajak pergi. Wajahmu tertunduk. Aku tertawa, melangkah pelan keluar kantin. Baru beberapa langkah, kau berhenti. Aku pun terhenti. Kau menatapku.


"Jangan bohongi orang, Nik gak suka!"

"Kapan?"

"Tadi?"

"Aku gak bohong!"

"Tadi? Sama ibu kantin?"

"Kenapa? Bilang calon suami?"

"Iya!"

"Tuh! Udah ngaku, kan?"

"Iiih..."

Aku bergerak cepat. Jarimu temui sasaran kosong. Kau bergegas, mengejar langkahku. Aku tertawa. Kau menahan tawamu. Tapi aku tahu, rasamu sore itu. Binar matamu. Indah.

#Nik

#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun