kau terdiam.
saat aku mengunyah lalu waktu, menguji nyali menunggu. hingga kau bawa dua lututmu, melewati bingkai pintu. dinding ruang tamu menyimpan bisu. juga setangkai anggrek biru, dalam genggamanku. saat itu, kau tak ingin mengenal rindu.
kau tertawa.
saat aku sibuk mengusir butir-butir hujan, atau mengejar kupu-kupu hutan. tak mampu kau cegah, hingga aku terperangkap lelah. kuingin kau tersesat di taman rindu. hingga kau lupa makna risau. dan kunikmati renda-renda ceriamu.
kau menangis.
ketika kuujarkan pada dunia, terbata kata untuk ejakan cinta. airmatamu muara rasa. dan, kukayuh biduk mengembara ke hulu asa. hingga bahu-bahu waktu membelenggu. menukar rindu, menakar pilu. tak kubiarkan, kau selami luka rindu.
aku mencintaimu, hingga kau lupakan makna rindu.
berkali kuujarkan itu. kubiarkan senja menipuku. tanpa batas waktu. dan tanpamu.
Curup, 28.03.2019
zaldychan [Aksara dan Cinta]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H