"Hah!"
"Namanya Nunik!"
"Suratnya pernah datang kesini, kan?"
"Iya! Haha..."
"Piiinxs!"
Tak sadar, aku teriak. Tanganku bergerak, ingin menutup mulut Pipinx. Terlambat! Pipinx sudah berdiri, setengah berlari. Turun ke lantai satu. Tawanya terdengar semakin keras. Ibu dan ayah juga tertawa. Mungkin, melihat wajahku atau tingkahku. Aku lupa yang kuucapkan. Yang pasti, aku segera bangkit. Terburu menyusul Pipinx ke lantai satu.
Akh! Nik. Aku tak tahu masa depanku. Juga caraku untuk meraih itu. Saat ini, aku mengingatmu. Tak ada suratku. Sejak surat terakhirmu. Aku sudah berjanji. Besok, kan kucari. Dan kutemui. Dirimu.
#Nik
#GetMarried #PowerofLove #BecauseofYou #SayLovewithLetter
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H