"Iya. Insyallah."
"Pakai Motor?"
"Naik Bus!"
"Kau ikut, kan?"
Aku terkejut. Mata ibu tertuju padaku. Aku menatap ibu. Beralih pada ayah. Seperti biasa, ayah berlaku sebagai pendengar. Kali ini, tersenyum seperti pipinx. Kuanggukkan kepala. Ragu.
"Pipinx sudah cerita. Uang pendaftaran Ibu kasih ke Pipinx!"
"Oh! Makasih, Bu!"
"Kau juga anak Ibu..."
Tak kudengar lagi, kalimat terakhir ibu. Kuraih tangan ibu, juga ayah. Tak tahu, apa yang harus kuucapkan. Kukira, ada airmata malam itu.
Lantai dua Santokola hening. Senyap. Tiga pasang mata menatapku. Aku terdiam. Tak lagi berminat bicara. Terlalu banyak kecamuk amuk di benakku. Ketika siku Pipinx, menusuk pelan perutku.
"Cewek Mpuanx. kuliah di Padang, Bu!"