Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Dulu, Sungai adalah "Dapur" Warga

23 Februari 2019   17:04 Diperbarui: 24 Juli 2021   07:11 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Tahun 80-an, disini tempat Ibu-Ibu mencuci Pakaian. Dengan air sungai yang masih tergolong bersih

Dampaknya? Bendungan-bendungan itu, ternyata, memendam lumpur di dasar sungai. Anak-anak "merasa" dilarang mandi-mandi di sungai. Ibu-ibu enggan mencuci pakaian dan peralatan dapur di sungai. Karena airnya keruh dan kumuh. Kecuali untuk buang air besar dan kecil.

Akibat lain? Warga terpaksa beralih ke sumber air PDAM. Tercerabutnya ketergantungan akan sungai, pun mengubah perilaku warga. Diam-diam di waktu malam dan bahkan terang-terangan, warga mulai membuang sampah ke sungai. Tak lagi ada teguran pun banyak yang enggan melarang, daripada memancing keributan.

Kebijakan penambahan gizi dengan melepas ribuan benih ikan, boleh dikatakan alami kegagalan. Dan, kebijakan itu pun hanya seusia jabatan pembuat kebijakan. Tapi ekosistem dan kehidupan keseharian warga di bantaran sungai perlahan punah. Hanya bersisa sumur legenda. Semua warga sepakat menjaga, karena muara akhir jika kemarau melanda. Dengan mata air yang tak pernah kekeringan.

Dokpri. Tempat Kenangan disulap jadi Taman Kota pinggir sungai
Dokpri. Tempat Kenangan disulap jadi Taman Kota pinggir sungai
Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) Mengubah Sungai dari Dapur menjadi Halaman Depan

Akhir tahun 2018, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), menghadirkan kenangan lalu. Dengan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), kenangan masa kanak-kanakku kembali. Dengan membangun Taman Kota di bantaran sungai belakang rumah. Dilengkapi dengan MCK yang permanen. Dan sumur legenda tetap dipertahankan.

Tak persis sama seperti awal tahun 80-an, karena sungai tak lagi layak untuk tempat mandi. Setidaknya, anak-anak kembali betah bermain di pinggiran sungai. Ibu-ibu setiap sore akan berkumpul dan bercengkrama dengan tetangga. Bahkan ada yang datang, untuk sekadar berfoto! Ahaaay...! Setidaknya, meminimalisir orang-orang untuk mencemari sungai, kan?

Dokpri. Anak-anak kembali menemukan sarana lebih dekat dengan sungai yang harus dijaga
Dokpri. Anak-anak kembali menemukan sarana lebih dekat dengan sungai yang harus dijaga
Kabar baiknya, tahun 2019 ini. Akan dilakukan program Ruang Terbuka Hijau (RTH), dengan jarak 4 meter dari bibir sungai. Jika benar, maka Sungai Pasar tak lagi menjadi Dapur, tapi berubah menjadi halaman depan Warga.

Curup, 23.02. 2019
zaldychan [Ditulis untuk Kompasiana]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun