"Abang juga sedekah pagi padaku, ya?"
"Haha..."
"Eh, Abang sudah nonton video Murid yang..."
"Bahas yang lain aja!"
Ucapanku telat. Goni sudah membuka hp miliknya. Sesaat sibuk mencari sesuatu. Dan antusias menyodorkan layar hp itu ke wajahku.
"Anak ini, sepertiku dulu, Bang!"
"Oh!"
"Tapi, takkan ada asap jika tak ada api!"
"Iya!"
"Gak mungkin, tanpa alasan. Murid berlaku seperti itu, kan?"
"Iya."
"Aku diberhentikan sekolah! Sialnya, sekolah lain tak mau terima, saat aku ingin pindah."
"Karena kamu bandel?"
"Cuma sedikit, Bang! Kalau sekarang. Setahun tiga kali pindah, tak masalah! Yang penting ada duit."
kuanggukkan kepala. Goni sudah menikmati kopi. Kulakukan hal yang sama, hingga bersisa ampas.
"Untung masa itu belum ada hp, Bang! Kalau ada, Dan orangtuaku tahu. Bapak pasti membunuhku! Karena malu."
Aku tersenyum, sekali lagi menepuk pelan bahu Goni. Aku berdiri. Sudah lewati pukul sembilan. Aku harus pergi.
"Abang mau kemana?"
"Ngajar dulu!"
"Bukannya telat?"
"Sedikit!"
Curup. 11.02.2019
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H