[caption caption="Pesawat Cessna 206H Stationair yang akan dibenamkan teknologi geothermal guna mendeteksi titik api (Foto: Istimewa)"][/caption]Jika dalam dunia medis terdapat adagium 'lebih baik mencegah daripada mengobati', maka dalam peristiwa kebakaran lahan dan hutan (karlahut) berlaku adagium 'lebih baik mendeteksi sejak dini daripada memadamkan api'.
Anak usaha grup Sinar Mas, Asia Pulp and Paper (APP) menyiapkan dana sebesar US$20 juta atau sekitar Rp261,2 miliar untuk mencegah sekaligus melakukan penanganan karlahut tahun 2016 ini.
Direktur Sinar Mas Forestry, Elim Sritaba menjelaskan dana tersebut dianggarkan untuk mendanai program Desa Makmur Peduli Api (DMPA), peningkatan kemampuan tim pemadam kebakaran, modernisasi peralatan pemadaman, sekaligus mengembangkan sistem pemadaman terintegrasi.
APP Sinar Mas menunjukkan keseriusannya dalam menangani karlahut --baik di dalam maupun di luar konsesinya-- dengan menyiapkan teknologi termutakhir yaitu teknologi geothermal. Teknologi geothermal ini merupakan yang pertama dipakai di Indonesia untuk mendeteksi titik api secara dini.
Teknologi geothermal sendiri telah teruji di Australia, Kanada, serta Afrika Selatan untuk menangkap perbedaan suhu di permukaan tanah. Teknologi ini mampu mendeteksi titik api di lahan gambut yang kerap tidak terlihat secara kasat mata.
Prinsip kerja geothermal adalah mendeteksi suhu di permukaan, di mana titik api akan terdeteksi jika pada area tertentu terdeteksi suhu panas yang berbeda (dalam tingkat ekstrem).
Targetnya tahun ini kami sudah siap menghadapi kemarau, dalam kondisi ekstrem sekalipun, seperti bencana El Nino tahun lalu,” kata Elim, Jumat (18/3).
Sementara itu, General Manager Fire Management APP Sinar Mas, Sujica Lusaka mengatakan ide menggunakan teknologi geothermal dengan menggandeng perusahaan asal Australia muncul setelah melihat kondisi tahun sebelumnya, di mana upaya melakukan pendeteksian api belum berlangsung optimal.
"Sebelumnya kami masih menggunakan data hotspot dari beberapa website yang kemudian kami overlay dengan peta lokasi." ujar Sujica.
Pemantauan melalui tower api pun dirasakan belum optimal, karena titik api kerap terlihat saat telah besar dan timbul asap. Dalam kondisi asap yang pekat, bahkan pemadaman dari udarapun sukar dilakukan dengan tepat akibat jarak pandang yang terbatas.
Rencananya, perangkat teknologi geothermal berupa kamera geothermal ini akan dibenamkan pada pesawat Cessna 206H Stationair dan bakal bermarkas di Jambi. Pertimbangannya adalah faktor geografis. Rute perjalanan harian untuk memantau wilayah Jambi – Riau – Jambi – Sumatera Selatan hanya akan memakan waktu sekitar 2 jam.
“Begitu panas terdeteksi, maka sistem akan mengirimkan data serta mengoverlay ke dalam peta konsesi, di mana lokasi titik api akan langsung terlihat. Keseluruhan waktu yang dibutuhkan mulai dari informasi ini awal hingga posisi api, akan sampai kepada tim forest fire kami maksimal 50 menit,” ungkap Sujica menjelaskan mekanisme kerjanya.
Pesawat Cessna tersebut akan diawaki seorang pilot, didampingi seorang operator dan akan terbang harian sesuai dengan kondisi wilayah yang dimonitor berpedoman pada fire danger rating system (FDRS). Apabila FDRS menunjukkan warna kuning atau merah, maka frekuensi patroli di daerah tersebut akan ditingkatkan menjadi 2-3 kali lipat.
Dalam pengoperasiannya, tidak menutup kemungkinan, sistem ini akan mendeteksi titik api yang berasal dari luar konsesi APP Sinar Mas. Hal ini akan diinformasikan ke pemerintah daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terkait. Untuk itu akan ada kerjasama dengan pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait sinergi informasi titik api.
“Sistem ini terbilang baru dikembangkan, serta menggunakan teknogi terkini, dan Sinar Mas merupakan perusahaan yang pertama kali menggunakannya,” ujar Paul M. Dare, CEO Aeroscientific selaku perusahaan penyedia teknologi kamera geothermal.
Upaya nyata APP Sinar Mas dalam menanggulangi karlahut baik di dalam maupun luar wilayah konsesinya ini merupakan sebuah langkah yang tidak berlandaskan ego sektoral saja. Perusahaan sadar, bencana karlahut ini merupakan isu bangsa yang harus ditangani secara kolektif. Betapa kontra-produktif jika menuruti ego masing-masing pihak saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI