“Begitu panas terdeteksi, maka sistem akan mengirimkan data serta mengoverlay ke dalam peta konsesi, di mana lokasi titik api akan langsung terlihat. Keseluruhan waktu yang dibutuhkan mulai dari informasi ini awal hingga posisi api, akan sampai kepada tim forest fire kami maksimal 50 menit,” ungkap Sujica menjelaskan mekanisme kerjanya.
Pesawat Cessna tersebut akan diawaki seorang pilot, didampingi seorang operator dan akan terbang harian sesuai dengan kondisi wilayah yang dimonitor berpedoman pada fire danger rating system (FDRS). Apabila FDRS menunjukkan warna kuning atau merah, maka frekuensi patroli di daerah tersebut akan ditingkatkan menjadi 2-3 kali lipat.
Dalam pengoperasiannya, tidak menutup kemungkinan, sistem ini akan mendeteksi titik api yang berasal dari luar konsesi APP Sinar Mas. Hal ini akan diinformasikan ke pemerintah daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terkait. Untuk itu akan ada kerjasama dengan pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait sinergi informasi titik api.
“Sistem ini terbilang baru dikembangkan, serta menggunakan teknogi terkini, dan Sinar Mas merupakan perusahaan yang pertama kali menggunakannya,” ujar Paul M. Dare, CEO Aeroscientific selaku perusahaan penyedia teknologi kamera geothermal.
Upaya nyata APP Sinar Mas dalam menanggulangi karlahut baik di dalam maupun luar wilayah konsesinya ini merupakan sebuah langkah yang tidak berlandaskan ego sektoral saja. Perusahaan sadar, bencana karlahut ini merupakan isu bangsa yang harus ditangani secara kolektif. Betapa kontra-produktif jika menuruti ego masing-masing pihak saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H