Mohon tunggu...
A ZalbaLalana
A ZalbaLalana Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Mahasiswa Tersendat

mahasiswa tersendat, seorang mahasiswa pendidikan bahasa Jepang UPI yang seringkali berpikir tentang banyak hal walau sedang tersendat kehidupannya, berpenghasilan Rp0 dan berpengalaman tidak ada, akumulasi dari kesengsaraan dan penyesalan duniawi yang berdaging dan bernyawa, pergabungan dari kesesatan berpikir dan pergumulan pikiran, selalu menyesal dikala ketidak menyesalan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Doa yang Terkabul

29 Desember 2020   17:34 Diperbarui: 29 Desember 2020   17:49 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita saksikan, rasakan dan lalui bersama, pandemi karena virus corona ini merapuhkan tidak hanya sendi kehidupan tetapi hati bagi kalian yang masih menginginkan kebebasan di luar sana. Toh, banyak sekali yang merasa kebijakan PSBB yang dilakukan pemerintah sepertinya menjadi penghambat bagi kalian dan juga saya untuk melakukan aktivitas kita semua.

Walaupun memang seperti itu nampaknya PSBB menjadi salah satu kunci untuk menekan penyebaran virus ini, dan seperti itulah yang diinginkan oleh pemerintah. 

yatanya PSBB yang dilakukan sekarang ini memang menekan penyebaran virus corona, walau tidak terlalu signifikan karena pola masyarakat yang masih belum bisa dirubah dan hal tersebut bukanlah hal yang mengagetkan lagi.

Anak-anak muda di bangku sekolahan dan bangku perkuliahan banyak yang menjerit dikarenakan tidak dapat lagi melakukan aktivitasnya di dalam kampus. Aktivitas seperti belajar, nongkrong bareng teman, berpacaran, atau sekedar datang ke sekolah/kampus untuk menghindari kejemukkan di dalam rumah.

Jika kita bertanya, sering sekali orang-orang di sekolahan dan kampus menginginkan libur pula, hal yang sepertinya seringkali berkebalikan dengan keinginan mereka yang harus sekolah. Waktu liburan ingin mereka gunakan untuk istirahat atau memang hanya ingin bersenang-senang bersama teman di luar kelas dan tidak terganggu dengan tugas ataupun kesibukan di dalam ruang-ruang kelas atau gedung kampus.

Tidak terkira sudah berapa tahun doa-doa disampaikan agar sekolah atau kampus dapat melaksanakan libur panjang, "lebih panjang lebih baik" seperti itulah doa yang seringkali dipanjatkan agar dapat istirahat ataupun bersenang-senang di kala liburan tersebut.

Akhirnya, pada tahun 2020 doa mereka tersampaikan dengan "diliburkan-nya" kegiatan belajar mengajar di dalam kelas karena virus corona, tetapi nampaknya keanehan dan penyesalan pula menyelimuti para pemuda yang menginginkan libur tersebut.

Ada satu kalimat jenaka yang menyebutkan "anak sekolah ingin libur dari dalam kelas, diberi libur corona malah ngeluh" yang menunjukkan bahwa banyak sekali yang mengeluh saat akhirnya pembelajaran di dalam kelas diliburkan karena corona ini. memang terdengar ironis tetapi inilah yang terjadi.

Doa-doa yang selama ini dipanjatkan akhirnya terkabul walau bukan dengan keadaan yang sempurna. Dalam hal ini, bentuk liburan yang dikabulkan "alam" tidak tepat karena poin "bercengkrama dengan kawan-kawan di luar kelas" dan "istirahat panjang" tidak sepenuhnya terkabulkan.

Pandemi yang melingkupi Indonesia terutama membuat banyak orang tak dapat keluar rumah dan bercengkrama dengan mudah, para siswa/mahasiswa pun tidak dapat dengan sepenuhnya "beristirahat panjang" di rumah karena beban studi yang seharusnya selesai di dalam kelas harus dibawa ke dalam tempat "peristirahatannya" yaitu rumah mereka masing-masing.

Saya berpikir saja mungkin doa yang selama ini ingin disampaikan harus lebih spesifik dari sebelumnya agar tidak terjadi kejadian yang sama seperti pandemi saat ini. Menunjukkan bahwa spesifikasi doa sangat berpengaruh ke dalam realisasi yang terjadi di dunia, begitulah yang saya pikirkan.

Saya sering berpikir bahwa banyak sekali doa-doa yang dipanjatkan tidak spesifik dan hanya dikabulkan dasarnya saja, dan bukanlah hal yang mengenakan jika ternyata yang dikabulkan tidak sesuai dengan keinginan.

Pandemi dan PSBB ini jenakanya mungkin saja akumulatif doa agar libur sekolah panjang terjadi, mungkin saja. Mungkin saja pandemi ini karena doa-doa orang untuk menghukum para manusia yang selama ini selalu membuat kerusakan, mungkin saja.

Tak dapat dibenarkan pula sebenarnya jika kita melihat pandemi sebagai suatu hal yang tiba-tiba terjadi karena memang inilah perbuatan manusia dan terlihatlah bentuk asli manusia saat seharusnya saling membantu.

Jika kita melihat keadaan lebih baik lagi, kita akan melihat bahwa banyak sekali orang yang bersikap egois dengan tidak peduli dengan sesama yang memang terdampak lebih di dalam pandemi ini.

Walau tulisan ini terbilang absurd dan saya memasukkan jenaka ironis di dalamnya, poin pandemi ini yang saya sebutkan seharusnya dapat kita renungkan dan kita lihat sebagai salah satu keadaan dunia yang semakin buruk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun