Sebagai orang tua yang hidup di tengah hiruk pikuk era digital, tidak seharusnya kita mengandalkan pola pengasuhan warisan orang tua kita. Zamannya sudah berbeda, pola pengasuhan baheula sudah tidak cocok jika diterapkan kepada anak-anak saat ini. Terlebih lagi, pengetahuan tentang parenting terus berkembang. Pengasuhan zaman now ada ilmunya lo... Bahkan bukan hanya satu bidang ilmu saja...
Faktanya, kita pasti pernah (dengan frekuensi yang berbeda) menjumpai orang tua milenial yang mengasuh anak-anaknya sebagaimana orang tuanya mengasuh mereka. Mengapa demikian? Karena memang tidak ada sekolah untuk (menjadi) orang tua. Selain itu, pengalaman masa kecil kita, saat dalam pengasuhan orang tua kita dan "keluarga besar", melekat dengan kuat di alam bawah sadar kita. Sehingga sering kali muncul saat kita mengasuh anak-anak tanpa kita sadari.
Kadang sebagai orang tua, kita menemukan dinding tebal untuk memahami anak yang pada suatu masa terlihat berubah. Seperti saat anak-anak sudah memasuki masa pubertas, mereka menunjukkan perubahan perilaku. Alih-alih menemukan kekurangan pada diri kita sebagai orang tua, kita lebih suka menyalahkan lingkungan, gawai dan internet sebagai penyebabnya.
Silakan baca: Parenting Untuk Peradaban Manusia
Padahal jika dirunut secara sederhana, anak kita saat masih kecil tidak bakal mengenal gawai dan internet kalau kita tidak mendekatkan dan mengenalkannya. Ya... misalnya dengan alasan supaya anak tidak rewel, maka disodori gawai dengan kanal youtube untuk menghiburnya. Tidak dinyana, akhirnya cara ini menjadi pola perilaku saat anak ingin bermain dengan gawai. Jadi, dalam hal ini siapa yang berperan besar anak jadi kecanduan gawai?
So... kita harus bagaimana? Demikian juga, saat kita membicarakan tentang parenting, yang pertama kali harus dibenahi siapa? Ya kita dulu, sebagai orang tua sang pemberi suri tauladan. Mau tidak mau kita harus meluangkan banyak waktu untuk "sekolah sebagai orang tua". Jadi hal pertama yang harus kita lakukan adalah "menyekolahkan diri kita".
Bagaimana caranya? Di mana? Sebanyak apa kita harus luangkan waktu? Apa ini akan berhasil?
Di era digital ini, setiap orang tua sangat mudah untuk menemukan ruang-ruang pembelajaran, baik yang bisa diakses secara pribadi atau berkelompok (grup). Apalagi menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia) 210.026.769 jiwa dari total populasi 272.682.600 jiwa penduduk Indonesia tahun 2021 terpenetrasi internet. Artinya 77,02% lho yang bisa merasakan manfaat internet. APJII juga menunjukkan bahwa Indihome dari Telkom Indonesia yang paling diminati, 67,54%.
Silakan baca: Bersama Ibu Banjar Yang Keren
Cara kita bersekolah sangat fleksibel, bisa kita lakukan kapan saja, dan dari mana saja, selama dengan internetnya Indonesia, internet terbaik, tinggal kita lakukan cara ini:
- Tinggal tulis kata kunci "parenting" atau taggar #parenting, #parentingtips, #parentingislami, #parentinganak, dan taggar lain dengan kata kunci parenting, di instagram, youtube, Kompasiana, dan media sosial lainnya, maka akan muncul konten-konten parenting yang kita butuhkan.
- Pilih dan simak konten sesuai kebutuhan. Pastikan sumber yang kita pilih sudah tepat, saya ambil contoh kanal youtube dr Aisah Dahlan.
- Ikuti sesi-sesi atau webinar-webinar parenting yang biasa dilaksanakan menggunakan zoom, google meet, atau lainnya. Sebagai peserta, kita mempunyai kesempatan untuk berkonsultasi tentang problem-problem pengasuhan secara langsung kepada narasumber.
- Bergabung dengan grup komunitas orang tua (grup parenting) di medsos yang pesat pertumbuhan dengan anggota tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Sanghe Talaut sampai Nemberala. Dengan internetnya Indonesia, komunitas-komunitas siber ini membuat kita bisa saling dukung untuk melewati dinamika sebagai orang tua. Dalam grup, para orang tua leluasa berbagi pengalaman, saling menguatkan, dan menyelenggarakan kegiatan daring tentang parenting (pengasuhan). Fantastisnya, grup-grup ini tumbuh pesat saat pandemi. Ya, kita semua tahu penyebabnya.
Seiring dengan upaya "menyekolahkan diri kita", praktik-praktik dalam membersamai anak-anak pun kita lakukan saat itu juga. Terlebih di masa pandemi, saat anak-anak nyaris 100% waktu dari bangun tidur hingga tidur lagi berinteraksi dengan gawai dan internet. Banyak orang tua makin gelisah karena anak-anak menggunakannya tidak hanya untuk PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Orang tua khawatir anak-anak secara sengaja atau tidak mengakses konten yang tidak layak bagi mereka, atau mereka terjerumus menjadi korban kejahatan di dunia maya (cyber crime). Kekhawatiran ini menjadi wajar setelah kita membaca atau mendengar angka yang juga fantastis tentang kejahatan online dengan korban anak.
Digital parenting menjadi topik yang bertambah hangat di setiap sesi parenting. Kita dapat menemukan tips-tips dan panduan-panduan dalam mendampingi anak dari media-media yang saya sebut di atas dengan menggunakan taggar #digitalparenting dan mempraktikkannya.
Silakan baca: Ada Pojok Baca di Kelas Ibu
Nah, sebenarnya orang tua era digital lebih beruntung, karena dengan internetnya Indonesia dapat meningkatkan pengetahuan dan kapasitasnya untuk menjadi orang tua idaman anak-anak. Namun demikian, masih ada orang tua yang belum dapat menjangkau ruang-ruang parenting secara daring, karena kurang informasi, keterbatasan akses internet, hanya memiliki satu gawai yang digunakan bergantian dengan anggota keluarga, atau cukup mengandalkan pengetahuan pengasuhan masa lalu. [***]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H