Syiraj 24 tahun, assisten entrepreneur kaya yang antusias menyimak perbincangan narasumber di seminar ekonomi syariah, tiba-tiba dikagetkan oleh dering telpon di saku celananya. Sontak iya langsung berdiri dan menuju keluar ruangan.
“Syiraj!!! Universitas Ekonomi apa ya.. yang bagus (recommended)?” Tanya Pak Bajuri, bos Syiraj seorang entrepreneur kaya 33 tahun, usaha dimana-mana, tampang masih muda, sayang belum berkeluarga, dikenal galak oleh karyawan-karyawannya dan punya penyakit jantung karena kebiasaan merokok yang tidak pernah lepas.
“Hmm, bapak mau universitas dikota mana? Ada apa pak?” Tanya Syiraj penasaran.
“Saya mau lanjut s2 Raj… ada gak? Menurut mu apa? Masa gak tau?” Jawab Pak Bajuri ketus.
Pak Bajuri memang selalu melibatkan asistennya bahkan dalam keputusan personal seperti kuliah dan lain-lain. Syiraj yang memang dikenal cerdas dan memiliki wawasan luas, menurut pak Bajuri selalu tak pernah meleset jika memberi pendapat atau saran.
“Iya pak… yang bagus sih banyak, tapi saya gak berani kasih saran untuk universitas dengan jurusan ekonomi, kalo jurusan ekonomi syariah saya berani kasih saran hehe.”
“Yah jangan gitu dong masa cuman cari dan kasih info gitu doang gak bisa? Ayo dong terserah deh dimana aja yang ga rekomended juga gak apa yang penting saya gampang masuk ya kalo bisa jangan dipersulit syarat dan tete bengek nya lah! S2! asalkan saya punya gelar ME! Daftar kan saya kalau sudah ada ya?” Jawab Pak Bajuri dengan nada ketus dan terburu-buru. Rupanya gelar strata 2 menjadi salah satu syarat dari si ayah sang pujaan hati jika ingin menikahi.
“Oh S2..” jawab Syiraj singkat.
Enak sekali dalam hati Syiraj, mentang-mentang punya duit banyak, menuntut ilmu jenjang s2 dianggap seujung kuku. Berbeda hal dengan nya yang juga berniat melanjutkan S2 namun penuh perjuangan mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi ilmu yang didapat.
Syiraj yang awalnya keras tidak ingin ikut campur dan tidak ingin ambil pusing dengan keputusan personal Pak Bajuri itu akhirnya luluh mengingat kebaikan beliau selama ini.
“Oke Pak, saya daftarkan jurusan ekonomi syariah saja ya. Nanti serahkan ke saya berkas-berkas yang sudah bapak persiapkan.” Jawab Syiraj.
Syiraj yang juga ingin daftar S2 ekonomi syariah lantas langsung membuat keputusan untuk mendaftarkan bosnya di jurusan yang sama. Bukan berarti ingin ambil pusing, tetapi baginya ekonomi islam adalah perjuangan. It’s the only one system of economic. Bagi Syiraj, segala ilmu pengetahuan dalam Islam digunakan semaksimal mungkin untuk mendekatkan diri kepada Allah. Di akhirat, Allah ta’ala akan memasukkan hamba-hambaNya yang ‘benar’ dalam menggunakan ilmunya ke dalam surga. Di dunia, ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntunan Allah akan mensejahterakan manusia itu sendiri. Iya sudah berniat didalam hati lillahi ta’ala dalam menuntut ilmu syar’i. Angin segar baginya mendengar bos yang merupakan orang terdekatnya mengutarakan bahwa ingin menuntut ilmu . Dan gayung pun bersambut, dengan senang hati ia megikut sertakan si bos menjadi pejuang ekonomi syariah.
“Up to you…, jangan telpon saya kecuali kalo udah ada good news. Assalamualaikum.”
“Siap ndan, laksanakan. Oia untuk tes masuknya tanggal 14 ini pak, nanti saya WA saja yaa.. kalo bapak gak mau terima telpon dari saya hehe. Wa’alaykumussalam.” tukas Syiraj sambil menutup telepon.
----
Sebulan kemudian ternyata Syiraj jatuh pingsan dan harus dirawat inap beberapa hari karena typus yang menimpa nya. Pundi-pundi yang iya kumpulkan untuk daftar ulang jika lolos tes s2 pun akhirnya beralih untuk biaya rumah sakit. Selang beberapa hari setelah rawat inap di rumah sakit, ia terkaget oleh pesan whatsapp teman sekantornya yang mengabarkan bahwa Pak Bajuri meninggal dunia. Syiraj terbaring lemas. Ternyata percakapan melalui telpon kemarin adalah suara Pak Bajuri yang terakhir yang ia dengar. Padahal niat pertama ketika ingin membuka hp adalah mengabarkan Pak Bajuri bahwa Beliau lolos tes S2.
----
Saat kembali kerja, Syiraj membuka email dari Pak Bajuri yang isinya sebagai berikut:
Dear Syiraj,
Mohon maaf Syiraj, sebelumnya saya minta maaf telah merepotkanmu sekali selama ini. Apalagi rela bolak balik Yogya- Solo ngurusin urusan kuliah yang harusnya jadi urusan saya. Saya memutuskan untuk membatalkan kuliah s2 karena saya sadar niat saya bukan untuk menuntut ilmu. Masalah ‘itu’ saya sudah tawakal sama Allah, kalo jodoh ya gak kemana juga kan. Oia 3 hari lagi saya balik ke Solo. Tapi sebenarnya malas balik.. disini saya betah, Saya sudah doakan kamu di depan multazam dan di raudhoh biar hajatnya terkabulkan, tenang aja. Hehe.
Raj.. uang sudah saya transfer sebesar 15 juta kemarin buat administrasi kuliah, tapi karna cancel ya buat kamu ajalah, sebagai reward kamu selama ini totalitas kerja dan royal sama saya.
Regards, Baj Keren.
.
.
Syiraj pun terdiam, sampai akhirnya berhasil menenangkan diri untuk mengirim doa buat Pak Bajuri – bos terbaik yang pernah ia kenal.
--- tamat ---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H