1. Keterkaitan antara komunikasi internasional, komunikasi antar etnis dan komunikasi antar ras dengan komunikasi antar budaya.
Hubungan antara komunikasi internasional, komunikasi antar etnis, komunikasi antar ras, dengan komunikasi antar budaya sangat terkait karena melibatkan interaksi antara individu atau kelompok dari latar belakang budaya yang berbeda. Komunikasi internasional melibatkan pertukaran informasi antar negara atau budaya yang memerlukan pemahaman tentang perbedaan budaya agar menciptakan hubungan yang efektif. Sementara itu, komunikasi antar etnis dan komunikasi antar ras menekankan pentingnya pemahaman budaya dalam menciptakan komunikasi yang harmonis. Semua aspek ini merupakan bagian dari komunikasi anatr budaya, yang merujuk pada pertukaran informasi, nilai, dan ide antara orang atau kelompok dengan budaya yang berbeda. Oleh karena itu, komunikasi antar budaya berperan sebagai sarana yang menggabungkan komunikasi internasional, komunikasi antar etnis, dan antar ras, karena tiap pertemuan melibatkan pemahaman terhadap keragaman budaya yang dapat memengaruhi cara berinteraksi.
2. Stereotip prasangka dan etnosentrisme menjadi hambatan atau penghalang dalam konteks komunikasi antar budaya.
Stereotip adalah pandangan atau penilaian yang diterapkan pada individu atau kelompok tertentu, yang sering kali bersifat negatif. Penilaian ini kemudian berkembang menjadi prasangka, yaitu sikap negatif terhadap individu atau kelompok lain, yang pada akhirnya dapat menyebabkan diskriminasi. (NurKhofifah, 2019).
Prasangka ialah pandangan buruk terhadap  seseorang atau kelompok dari latar belakang budaya berbeda, yang terbentuk sebelum ada interaksi langsung. Kebiasaan ini biasanya berasal dari kurangnya pemahaman atau pengetahuan tentang budaya lain, sehingga menyebabkan rasa takut atau kurang tertarik untuk berinteraksi dengan mereka.
Etnosentrisme adalah pandangan seseorang bahwa budaya yang dimiliki sendiri adalah standar untuk menilai budaya lain, sering kali menganggap budaya lain lebih rendah atau tidak sebanding dengan budaya sendiri. Sikap tersebut menghalangi interaksi antar budaya karena orang atau kelompok dengan pandangan etnosentris cenderung tidak mau menerima dan menghargai sudut pandang serta nilai budaya yang berbeda.
3. Langkah-langkah apa yang akan ditempuh ketika bertemu dengan orang baru dalam konteks komunikasi antar budaya.
Menghormati/menghargai perbedaan budaya: Ini menujukan rasa hormat dan menghargai antar budaya akan memperkuat sebuah hubungan dan dapat saling menerima.
Menyesuaikan diri dengan gaya komunikasi yang berbeda: Setiap budaya memiliki cara yang berbeda dalam berkomunikasi, seperti nada dalam berbicara, penggunaan bahasa tubuh, atau cara menyampaikan pendapat. Maka untuk bisa menyesuaikan diri, kita dapat berkomunikasi dengan lebih efektif, menghindari kesalahpahaman, dan menunjukkan rasa hormat terhadap kebiasaan budaya lain.
Menggunakan bahasa yang sederhana dan jelas: Ketika berkomunikasi dengan seseorang dari budaya yang berbeda, sangat penting bagi kita untuk menggunakan bahasa yang sederhana dan jelas karena adanya kemungkinan perbedaan bahasa dan pemahaman antar budaya.
Sikap saling terbuka: Menghindari prasangka dan stereotip terhadap orang dari budaya  yang berbeda sangat lah penting untuk membangun komunikasi yang baik. Â
4. Pengalaman yang dialami
Saya adalah seorang mahasiswa di Yogyakarta yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebelumnya, saya pernah melanjutkan pendidikan di MTs dan MA di Jawa Barat, tepatnya di Sukabumi. Saat pertama kali datang ke Pulau Jawa, banyak orang yang tampak takut melihat saya karena memiliki kulit gelap dan wajah yang dianggap galak. Mereka juga tahu bahwa saya berasal dari Timur. Beberapa orang bahkan menghindari saya karena takut dengan wajah saya yang dianggap galak tersebut. Namun, ada juga yang berani mengajak saya berkenalan terlebih dahulu. Beberapa bulan setelah saya tinggal di Pulau Jawa, mereka mulai menyadari bahwa tidak semua orang Timur yang berwajah galak itu jahat. Meskipun kami dari Timur dan berwajah galak, kami memiliki hati yang baik dan selalu siap membantu orang lain. Seiring waktu, mereka juga melihat bagaimana saya selalu berusaha menjalin hubungan baik dengan orang di sekitar, baik itu teman, guru, maupun orang yang baru saya kenal. Saya belajar bahwa perbedaan itu bukanlah hal yang harus ditakuti, melainkan sesuatu yang bisa memperkaya pengalaman hidup. Kini, saya merasa semakin diterima di lingkungan ini. Meskipun masih ada beberapa orang yang merasa canggung, mereka sudah mulai memahami bahwa sikap dan niat baik tidak dilihat dari penampilan luar. Ini mengajarkan saya pentingnya kesabaran dan keberanian untuk menunjukkan siapa diri saya sebenarnya, tanpa takut akan prasangka orang lain.
5. Pentingnya Komunikasi Antar Budaya bagi seorang Jurnalis.
Komunikasi lintas budaya sangat krusial bagi seorang wartawan karena membantu mereka memahami berbagai sudut pandang, mencegah kesalahpahaman, dan menjalin hubungan lebih baik dengan narasumber. Dengan pemahaman yang dalam tentang budaya yang beragam, jurnalis bisa melaporkan berita dengan objektif dan inklusif, serta menghindari bias budaya yang berpotensi merugikan. Ini juga mendukung wartawan dalam menyajikan berita internasional yang lebih tepat dan relevan, serta menghargai budaya lokal dalam masyarakat. Selain itu, interaksi antar budaya membantu wartawan mengurangi konflik antara berbagai kelompok dan meningkatkan keunggulan di zaman globalisasi melalui penyajian berita yang sesuai dan peka terhadap keragaman. Dengan cara ini, kemampuan ini menjelma sebagai faktor penting dalam menciptakan laporan yang lebih seimbang dan dapat diterima oleh berbagai jenis audiens.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H