Perkembangan teknologi yang pesat juga menuntut pesantren dalam beradaptasi. Hal ini diperlukan adanya integrasi dalam pengajaran yang ada di pesantren. Sehingga dapat beradaptasi dan tidak tertinggal pada era bonus demografis ini.Â
* Strategi inovasi pesantren di masa depan
1. Kurikulum pembelajaran di pesantren yang perlu memadukan antara pembelajaran agama, sains, dan ketrampilan.Â
2. Penggunaan teknologi dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan efektivitas dan jangkauan pendidikan di pesantren, yang biasanya hanya pembelajaran agama tapi dapat di padukan dengan teknologi yang sesuai dengan zaman Dan contoh dari Hal ini bisa berupa, pengenalan pemprograman atau coding dalam lingkup pesantren. Seperti pada zaman sekarang ada nya pesantren atau pondok modern.Â
3. Pesantren perlu membangun jaringan kerjasama yang luas dalam memperkuat posisi nya di era ini. Kolaborasi dengan industri sebagai bentuk pelatihan magang, kolaborasi dengan Perguruan tinggi untuk program studi nya dapat dilakukan sebagai bentuk kerjasama nya.Â
4. Pengembangan soft skills, selain keterampilan teknis, juga dibutuhkan adanya pengembangan dalam soft skills. Hal ini seperti adanya pelatihan dalam komunikasi dengan bahasa bahasa, pelatihan kepemimpinan dan manajemen, pelatihan kewirausahaan.Â
Meski dari beberapa strategi diatas terlihat menjanjikan tetapi terdapat beberapa hambatan atau tantangan yang ada. Berikut Hambatan atau tantangan ;Â
1. Keterbatasan sumber daya : Banyak pesantren, terutama yang berada di daerah terpencil, mungkin terdapat adanya keterbatasan dalam menghadapi kendala finansial dan infrastruktur yang diperlukan dalam melangsungkan strategi diatas.Â
2. Kurang merata akses teknologi dan internet yang menghambat dalam implementasi dari inovasi yang dapat dilakukan dalam menghadapi era sekarang dan mendatang.Â
3. Mengintegrasikan Kurikulum Modern dan Teknologi Kurikulum pesantren tradisional sangat menekankan studi agama, namun untuk berkembang di era bonus demografi, pesantren harus mengintegrasikan kurikulum yang lebih seimbang yang menggabungkan pendidikan agama dengan keterampilan praktis, pengetahuan ilmiah, dan kemahiran teknologi.Â
Hal ini memerlukan pemikiran ulang tentang metode pengajaran, investasi pada infrastruktur digital, dan pelatihan pengajar agar dapat memanfaatkan teknologi secara efektif di kelas.Â