2. Radikalisme dan Ideologi Asing
  Selain budaya, globalisasi juga membawa masuk berbagai ideologi yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Ideologi radikalisme agama yang semakin berkembang menjadi ancaman serius bagi persatuan bangsa. Gerakan ini sering kali memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan propaganda yang merusak toleransi dan kebhinnekaan.
  Contohnya, Gerakan radikal sering menyerukan pandangan intoleran yang merusak persatuan dan kerukunan umat beragama, bertentangan langsung dengan sila pertama dan ketiga Pancasila.
  Liberalisme ekonomi juga menjadi tantangan lain. Sistem ini cenderung mengabaikan keadilan sosial dengan memberikan kebebasan penuh kepada pasar. Akibatnya, terjadi kesenjangan ekonomi yang semakin lebar, yang jelas bertentangan dengan sila kelima Pancasila.
3. Teknologi dan Media Sosial
  Teknologi adalah pisau bermata dua. Di satu sisi, ia mempercepat arus informasi dan mempermudah kehidupan masyarakat. Namun, di sisi lain, teknologi juga membuka celah bagi penyebaran konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Perkembangan teknologi informasi dan media sosial adalah aspek lain dari globalisasi yang membawa dampak besar terhadap eksistensi Pancasila. Media sosial, yang menjadi alat utama untuk berkomunikasi dan berbagi informasi, sering kali digunakan untuk menyebarkan konten yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, seperti hoaks, ujaran kebencian, serta promosi gaya hidup hedonistik.
  Salah satu fenomena yang mengkhawatirkan adalah maraknya hoaks dan ujaran kebencian yang tersebar di media sosial. Hoaks yang menyebar sering kali memecah belah masyarakat dengan memperburuk ketegangan antar kelompok, baik itu terkait dengan agama, suku, maupun politik. Hal ini jelas bertentangan dengan sila ketiga Pancasila, yaitu "Persatuan Indonesia," yang mengajarkan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
  Beberapa contoh tantangan yang muncul dari teknologi seperti Hoaks dan Ujaran Kebencian dalam Media sosial yang sering menjadi tempat penyebaran berita palsu yang merusak persatuan bangsa. Hoaks yang berkaitan dengan isu SARA telah menyebabkan konflik sosial di berbagai wilayah. Dan Komersialisasi Budaya yang Banyak influencer di media sosial yang mempromosikan gaya hidup hedonistik, yang jauh dari nilai kesederhanaan dalam Pancasila.
  Selain itu, media sosial juga sering kali dijadikan sarana untuk mempromosikan gaya hidup yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa. Misalnya, banyak influencer media sosial yang mempromosikan gaya hidup mewah, konsumtif, dan individualistik. Ini menciptakan standar hidup yang tidak realistis bagi masyarakat, terutama bagi generasi muda, yang lebih rentan untuk mengikuti tren tanpa mempertimbangkan nilai-nilai sosial yang lebih mendalam.
Peran Pancasila sebagai Filter dan Penjaga Identitas Bangsa :
1. Pancasila sebagai Filter Budaya