PENDAHULUAN
  Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi informasi, perdagangan bebas, serta pergerakan budaya dan ideologi dari seluruh penjuru dunia memberi dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan, termasuk di Indonesia. Negara yang kaya akan keberagaman budaya dan nilai-nilai luhur ini dihadapkan pada tantangan besar untuk menjaga hati dirinya di tengah arus perubahan yang semakin pesat. Dalam hal positif, globalisasi membuka peluang untuk akses informasi yang lebih cepat, perdagangan internasional yang lebih luas, dan kemajuan teknologi yang mendukung berbagai sektor kehidupan. Namun, di sisi lain, globalisasi juga membawa tantangan besar bagi eksistensi nilai-nilai lokal dan identitas suatu bangsa.
  Indonesia, dengan Pancasila sebagai landasan ideologinya, menghadapi tantangan yang berat dalam menjaga keutuhan jati diri di tengah derasnya arus budaya asing, ideologi luar, serta pengaruh teknologi modern. Pancasila bukan hanya dasar negara, tetapi juga pedoman moral yang membimbing masyarakat Indonesia untuk tetap teguh pada nilai-nilai kebangsaan.
  Namun, dengan segala pertanyaannya tetap relevan, banyak yang mempertanyakan apakah pancasila masih mampu menjaga identitas bangsa di tengah ancaman globalisasi ? Artikel ini akan membahas berbagai tantangan yang dihadapi pancasila secara mendalam, langkah strategis yang perlu diambil, sera refleksi tentang pentingnya mempertahankan ideologi bangsa di era modern.
PEMBAHASAN
Tantangan yang Dihadapi Pancasila :
1. Pengaruh Budaya Asing yang Semakin Mendominasi
  Salah satu tantangan terbesar bagi eksistensi pancasila di era globalisasi adalah masuknya budaya asing yang sangat kuat. Arus informasi dan hiburan dari luar negeri, terutama dari negara-negara Barat, telah mempengaruh pola pikir dan gaya hidup banyak orang Indonesia. Nilai-nilai yang dianut oleh budaya asing, seperti individualisme, sekularisme, dan konsumerisme, sering kali bertentangan dengan nilai-nilai kolektivisme dan gotong royong yang diusung oleh pancasila.
  Contoh nyata adalah bagaimana budaya pop Barat, seperti K-Pop dan film Hollywood, telah mendapatkan tempat yang sangat besar di kalangan generasi muda Indonesia. Selain itu, gaya hidup yang ditampilkan dalam media sosial seringkali menggambarkan kehidupan yang hedonistik dan materialistik. Ini jelas berlawanan dengan sila kedua pancasila yang mengajarkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradap, serta sila kelima yang menekankan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
  Sebagai contoh Individualisme adalah Banyak anak muda yang kini lebih mementingkan pencapaian pribadi tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat sekitar. Hal ini bertolak belakang dengan sila ke-4 Pancasila yang menekankan musyawarah untuk mencapai mufakat. Dan contoh Konsumerisme adalah Budaya konsumerisme yang semakin menjamur menciptakan masyarakat yang lebih fokus pada kemewahan dan status sosial daripada kesederhanaan dan kebersamaan. Dan Sebagai contoh, pergeseran dalam pola konsumsi masyarakat Indonesia yang kini lebih mengutamakan merek dan gaya hidup mewah, bertentangan dengan nilai kesederhanaan dan kebersamaan yang diajarkan oleh Pancasila. Generasi muda, yang lebih mengenal budaya luar, cenderung meninggalkan nilai-nilai budaya tradisional Indonesia, seperti kesenian gamelan, batik, atau wayang. Fenomena ini menyebabkan penurunan kecintaan terhadap budaya lokal dan dapat mengancam kelestariannya.
  Budaya asing juga sering menggeser tradisi lokal yang menjadi identitas bangsa. Contohnya adalah menurunnya minat generasi muda terhadap seni tradisional seperti wayang, tari daerah, dan kerajinan lokal. Padahal, warisan budaya inilah yang menjadi representasi nilai-nilai Pancasila.