Salah satu peristiwa anjloknya kereta api yang terjadi pada 18 Oktober 2023 Kereta Api Argo Wilis dengan jurusan Gambir-Surabaya dari arah Jakarta menjadi peringatan bagi pihak terkait untuk meningkatkan pemantauan dan perawatan rel secara teratur guna mencegah insiden serupa di masa depan. Pemerintah, perusahaan kereta api, dan pihak terkait lainnya perlu bekerja sama untuk mengimplementasikan standar keselamatan yang ketat dan sistem pemantauan yang canggih guna mencegah anjloknya kereta api. Kesadaran akan pentingnya investasi dalam pemeliharaan infrastruktur rel serta penggunaan teknologi canggih dalam pemantauan secara real-time harus ditingkatkan. Tidak hanya itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan pada penumpang, pengemudi, dan masyarakat umum terhadap bahaya anjloknya kereta api. Dengan demikian, langkah-langkah pencegahan yang tepat dapat diambil untuk mencegah anjloknya kereta api di masa depan, menjaga keselamatan perjalanan, dan memastikan keandalan sistem transportasi kereta api bagi masyarakat.
Penyebab rel patah (broken rail) pada lintasan kereta api merupakan fenomena yang serius dan bisa membahayakan keselamatan perjalanan. Salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya rel patah adalah kelelahan material (fatigue) yang tidak terpantau. Hal ini terjadi karena rel secara bertahap mengalami degradasi struktural akibat tekanan dan beban berulang dari kereta api yang melintas di atasnya. Dalam situasi ini, beban yang berulang dari kereta api, terutama pada lintasan yang sering dilalui, dapat menyebabkan tegangan yang signifikan pada rel, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kelelahan material yang berujung pada patahnya rel. Selain itu, kejadian anjloknya kereta api juga dapat terjadi di area perlintasan sebidang antara jalan kereta api dan jalan raya, terutama ketika jarak pandang aman (safety sight distance) terbatas. Keterbatasan jarak pandang ini dapat mengakibatkan situasi berbahaya bagi perlintasan kereta api, terutama saat kendaraan atau pejalan kaki berusaha menyeberang tanpa sepenuhnya dapat melihat kedatangan kereta api. Kondisi ini menimbulkan risiko tinggi terjadinya kecelakaan atau anjloknya kereta api.
Melalui hasil analisis, ditemukan bahwa nilai tegangan yang terjadi pada rel tidak melebihi batas tegangan ijin pada rel (kelas jalan rel I), namun berada pada kondisi kritis. Artinya, tegangan yang terjadi pada rel mendekati batas tegangan ijin rel, yang mengindikasikan bahwa kondisi rel sudah rawan terhadap kelelahan material lebih awal. Hal ini menunjukkan pentingnya pemantauan rutin terhadap kondisi rel serta perlunya tindakan pencegahan yang tepat, seperti perawatan yang terjadwal dan penggunaan teknologi terbaru dalam pemantauan keandalan rel dan informasi tentang pemantauan harus diberi tau kepada masinis, guna mencegah terjadinya kecelakaan serius akibat patahnya rel. Dengan demikian, langkah-langkah preventif yang tepat harus diterapkan untuk memastikan keamanan dan keselamatan perjalanan kereta api di masa yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H