Bila saja PLN adalah Telkomsel yang sebagian sahamnya sudah dimiliki Singapura dan ada pembanding Indosat yang sebagian sahamnya dimiliki Qatar, saya kira tidak apa mahal juga. Ini PLN, sudah 100% milik negara, single authority dan tidak bisa ditolak karena kebutuhan dasar manusia, menaikan TDL seenaknya saja. Siapa yang menjerit? Masyarakat kecil. Para karyawan yang bekerja mati-matian dinaikan bayarannya hanya untuk membayar kenaikan TDL. Apa tidak gila PLN ini?
Sebagai perusahaan negara yang wajib patuh terhadap Undang-undang, selayaknya sosialisasi adalah instrumen penting dalam bernegara. Janganlah masyarakat dijadikan sapi perah atas nama kemajuan bangsa. Baiklah kita bukan Qatar yang setiap kepala warga negara telah dibiayai gas buminya 1,4 miliyar perbulan. Kita juga bukan Amerika yang untuk orang pengangguran harus dibiayai negara, kita juga bukan Brunei Darussalam yang untuk hidup sudah dijamin kesejahteraannya oleh Sultan Bulkiah. Kita Indonesia, tapi bukan berarti rejim ini harus kejam terhadap rakyatnya kan. Kita bukan hidup di Korea Utara Bung!
***
Demi maju, apakah kita perlu mengorbankan kebahagiaan rakyatnya?
Demi hebat, apakah kita butuh melilit perut rakyatnya dengan sabuk kelaparan?
Demi pembangunan, apakah kita perlu kita bunuh kebutuhannya dengan cekikann yang tajam?
Sebagai orang normal, saya katakan “Tidak!”.
Bumisyafikri, 10/6/17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H